Serba serbi
Mengenal Sanggah Cucuk, Berikut Pengertian dan Maknanya Dalam Hindu Bali
Dalam banten atau upakara, umat Hindu di Bali kerap menggunakan berbagai sarana dan alat. Satu di antaranya adalah sanggah cucuk.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam banten atau upakara, umat Hindu di Bali kerap menggunakan berbagai sarana dan alat.
Satu di antaranya adalah sanggah cucuk.
Lalu apa pengertian sanggah cucuk ini?
Jero Mangku Ketut Maliarsa, menjelaskan semua sarana upakara atau banten tentu ada maknanya.
Sehingga tidak hanya mengandalkan konsep gugon tuwon atau nak mula keto.
Baca juga: Purnama Kesanga, Ini Maknanya Dalam Hindu Bali
Baca juga: Arak dan Upacara Bhuta Yadnya Dalam Hindu Bali
Baca juga: Bagi Umat Hindu Bali, Otonan Lebih Penting daripada Ulang Tahun, Apa Sebabnya?
"Maka hal ini perlu dipahami, sehingga persembahan yang dilakukan tidak ngambang atau tidak sia-sia," jelasnya kepada Tribun Bali, Selasa 2 Maret 2021. Seperti ucapan suci yang dikutip dari Manawa Dharma Sastra III.97.
"Nacyanti nawyah kanyani baranama wyanatam, bhasmi bhutesu wiprasu Ma'had dattani datrbhih".
Arti bebasnya: persembahan yang dilakukan tanpa dipahami maknanya adalah sia-sia, sama dengan mempersembahkan kebodohan dan persembahan itu tidak ada bedanya dengan segenggam abu.
"Memperhatikan ucapan suci itu, berarti sebagai penganut agama Hindu wajib memahami makna dan fungsi apa yang dipersembahkan kepada-Nya," tegas pemangku asal Bon Dalem, Buleleng ini.
Baca juga: Padewasan Perkawinan dalam Ajaran Hindu Bali, Berikut Penjelasan Ida Pedanda Gede Buruan
Baca juga: Piodalan Bhatara Hyang Guru, Ini Maknanya Dalam Ajaran Hindu Bali
Hal ini sama dengan mengenai setiap upacara, dan upakara agama Hindu di Bali menggunakan sanggah cucuk.
Upacara dan upakara agama Hindu di Bali, tidak bisa lepas dengan adanya penggunaan sanggah cucuk.
Baik itu upakara Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya hingga ke dalam Bhuta Yadnya.
Hal ini mengindikasikan, bahwa penggunaan sanggah cucuk berlaku di hampir semua kegiatan upakara Panca Yadnya. "Lebih-lebih pada upacara dan upakara Bhuta Yadnya," jelasnya.
Lanjutnya, jika dilihat dari pengertiannya bahwa kata 'sanggah' yang dianalogikan dengan kata penyangga atau penopang yang ditancapkan di dalam tanah adalah simbol kekuatan Sang Hyang Ibu Pertiwi(bumi).