Serba Serbi
Arak dan Upacara Bhuta Yadnya Dalam Hindu Bali
apabila seseorang minum arak berlebihan, maka ia akan berlaku seperti raksasa atau bhuta kala," jelas ida rsi dari Gria Bhuwana Dharma Shanti
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Akhirnya kini arak Bali telah legal, sehingga usaha mikol ini bisa berkembang dengan potensial di Pulau Dewata.
Bahkan bisa menjadi barang legal yang dikirim ke luar daerah.
Namun di sisi lain, ternyata arak memang penting bagi masyarakat Bali.
Pasalnya arak selain dikonsumsi, juga digunakan sebagai bagian dari upacara dan ritual agama Hindu.
Khususnya untuk upacara Bhuta Yadnya.
Baca juga: Sejahterakan Pembuat Arak Bali, Perpres Mikol di Mata Pedagang dan Pembuat Arak
Baca juga: Kini Produk Arak Sudah Ada Perpres-nya, Unggit Pan Tantri Khawatir Jual Arak Malah Makin Susah
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, menjelaskan bahwa arak sebenarnya adalah minuman yang dapat membuat ego menjadi tinggi apabila minumnya berlebihan.
"Sehingga apabila seseorang minum arak berlebihan, maka ia akan berlaku seperti raksasa atau bhuta kala," jelas ida rsi dari Gria Bhuwana Dharma Shanti, Sesetan, Denpasar ini.
Kepada Tribun Bali, Rabu 24 Februari 2021, beliau menegaskan jika berlebihan akan mengakibatkan ego tinggi, pemarah dan bahkan perusak bagi tubuh.
Untuk itu, arak juga memiliki fungsi yang negatif dan fungsi baik.
Oleh sebab arak bisa dipakai obat, apabila takarannya tepat dan tidak berlebihan saat meminumnya.
Oleh karena itu ada takaran khusus untuk arak yang disebut 'sloki' atau gelas kecil ukuran kira-kira satu per sepuluh (1/10) dari gelas teh.
"Sehingga ada hitungan yang mengatakan, jika orang minum arak akan bisa menyebabkan sebuah hitungan," kata ida. Hitungan eka 'sari' artinya jika minum satu sloki bisa menyebabkan hati gembira.
Kemudian dwi 'ngamertanin' yang artinya bila minum dua sloki bisa untuk obat. Tri 'raja busana' yang artinya tiga sloki, bisa mulai menimbulkan rasa sombong.
Catur 'kokila basa' artinya empat sloki bisa menyebabkan kita mulai ngoceh tak terkontrol seperti burung kutilang atau becica di pagi hari.