Nyepi 2021

Pemuda Hindu Morowali Kecewa Tak Bisa Pawai Ogoh-ogoh, PHDI Bali Tegaskan Nyepi 2021 Hanya Sehari

Tak hanya di Bali, pemuda Hindu di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, juga tidak diizinkan menggelar pawai ogoh-ogoh.

Tribun Bali/Putu Supartika
Tim penilai melakukan penilaian terhadap ogoh-ogoh Tedung Agung di Banjar Tainsiat, Denpasar, 18 Maret 2020. Pengarakan ogoh-ogoh pada malam Pengerupukan Nyepi tahun ini kembali dilarang. 

TRIBUN-BALI.COM – Tak hanya di Bali, pemuda Hindu di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, juga tidak diizinkan menggelar pengarakan ogoh-ogoh.

Umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi pada 14 Maret 2021 mendatang.

Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) sudah mengeluarkan surat edaran terkait perayaan Nyepi 2021 di masa pandemi Covid-19.

Termasuk PHDI Morowali juga mengeluarkan surat edaran No.12/PHDI/MRWL/11/2021 perihal perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1943 dan rangkaian Hari Suci Melasti.

Surat edaran ditujukan kepada PHDI di tingkat desa dan Ketua Adat.

Dalam edaran itu, umat Hindu di Morowali diminta membatasi rangkaian acara suci Hari Raya Nyepi.

Berikut isi surat edaran tersebut:

1.  Kegiatan Melasti secara bersama dari masing-masing adat ditiadakan

2.  Untuk kegiatan Yadnya Segara (dilaut) hanya diwakili dari masing-masing setiap desa adat, yaitu satu pemangku dan satu pengurus adat

3.  Tidak mengadakan kegiatan keramaian pawai ogoh-ogoh di masa pandemi

Nah poin ketiga tersebut mendapat reaksi dari pemuda Hindu di Kabupaten Morowali.

Pawai ogoh-ogoh termasuk rangkaian sehari sebelum Hari Raya Nyepi.

Di mana dari pembuatan sampai pementasanya melibatkan pemuda Hindu.

Baca Juga: Pemkab Badung Imbau Warganya Tak Adakan Melasti Jelang Hari Raya Nyepi Tahun 2021 

Baca Juga: PHDI Bali Tegaskan Perayaan Hari Suci Nyepi Tetap Sehari, Pengarakan Ogoh-ogoh Tahun Ini Ditiadakan 

Salah satu ketua Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Desa Adat Sekar Sari, Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali sangat menyayangkan surat edaran tersebut.

"Tahun lalu kami sudah terima dengan aturan tidak mengadakan pawai ogoh-ogoh, padahal ogoh-ogoh sudah dibuat," ujar Ketut Widiana seperti dikutip dari TribunPalu.com, Kamis 4 Maret 2021.

"Kenapa tahun ini juga tidak diperbolehkan, ini acara setahun sekali juga, kan bisa merayakan dengan mengikuti protokol kesehatan," tambahnya.

Untuk diketahui, Hari Raya Nyepi jatuh setiap satu tahun sekali.

Tepatnya pada tanggal 1 bulan ke-10 dalam perhitungan kalender Bali.

Sebelum melakukan Nyepi ada beberapa rangkaian upacara suci seperti Melasti.

Umat Hindu pergi ke laut atau pun ke tempat-tempat sumber air.

Karena air merupakan sumber kehidupan bagi manusia.

Melasti biasanya dilakukan dua hari sebelum Nyepi, dan sehari sebelum pengerupukan.

Pengerupukan adalah upacara untuk membersihkan alam, disimbolkan dengan pecaruan.

Upacara ini dilakukan sehari sebelum dilaksanakan penyepian. Bersamaan dengan pengarakan ogoh-ogoh di masing-masing desa adat.

Pawai ogoh-ogoh saat malam pengerupukan telah menjadi wadah berekspresi pemuda hindu.

Selain sebagai ajang berekspresi, pembuatan ogoh-ogoh juga menjadi wujud kebersamaan. Mulai dari proses pembuatan hingga pementasan saat malam pengerupukan.

Nyepi 2021 Tetap Sehari

Sebelumnya, PHDI Bali juga menegaskan tak ada arak-arakan ogoh-ogoh di saat pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi, yang biasanya digelar pemuda-pemudi Bali pada sebelum masa pandemi Covid-19.

Menurut Ketua PHDI Bali Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, larangan arak-arakan ogoh-ogoh dimaksudkan untuk menghindari kerumunan mencegah munculnya klaster baru Covid-19.

Sebagaimana tertera dalam SKB PHDI dan MDA Provinsi Bali, poin keenam, menyebutkan tentang Pengarakan Ogoh-ogoh berkaitan dengan Upacara Tawur Kesanga Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1943.

Pengarakan Ogoh-ogoh bukan merupakan rangkaian wajib Hari Suci Nyepi, oleh karena itu pengarakan Ogoh-ogoh pada Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1943 ditiadakan.

"Kalau ada informasi ada izin ogoh-ohoh boleh diarak, itu izin yang keliru, tak perlu diperhatikan, karena dampak kerumunan, jangan sampai ada temuan klaster upacara, jangan ada seperti itu," tegas Prof. Sudiana kepada wartawan di Denpasar, Rabu 3 Maret 2021.

Baca Juga: Pimpin Anev Mingguan, Kapolda Bali Singgung Soal Atensi Nyepi Hingga Senjata Api Personel 

Sementara menyikapi isu yang beredar di kalangan masyarakat, ihwal Hari Raya Nyepi dilaksanakan tiga hari, PHDI Bali membantahnya.

Prof Sudiana menegaskan bahwa Nyepi tetap dilaksanakan selama satu hari penuh pada Minggu 14 Maret 2021.

“Berkaitan dengan Nyepi, kami tegaskan dari PHDI dan MDA Provinsi Bali, Nyepi atas isu beredar tidak ada tiga hari. Nyepi tetap satu hari,” katanya.

“Tidak ada dalam lontar Nyepi tiga hari. Kita tidak berani mengubah sastra dan sumber-sumber sastra, serta dresta yang sudah berjalan. Nyepi tetap satu hari, tidak ada tiga hari,” tambahnya.

Adapun keputusan tersebut mengacu Surat Edaran Bersama (SKB) Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor 009/PHDI-Bali/2021 – Nomor 002/MDA-Prov Bali/2021 tentang pelaksanaan Nyepi Tahun Saka 1943 di Bali.

SKB tersebut ditandatangani pada Selasa 19 Januari 2021 secara resmi oleh Gubernur Bali Wayan Koster, Ketua PHDI Bali Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., dan Bandesa Agung MDA Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet.

“Nah kalau ada yang menginformasikan kalau Nyepi tiga hari, itu informasi yang keliru lah. Itu juga jangan dibesar-besarkan, karena sudah jelas dalam Surat Edaran Bersama, PHDI dan MDA Provinsi Bali, Nyepi itu hanya sehari," jelasnya.

Rangkaian upacara ritual Nyepi umumnya dilakukan beberapa tahapan sudah diatur seperti; Melasti, Tawur Kesanga, Nyepi atau Sipeng, dan Ngembak Geni. 

Sedangkan, Catur Brata Penyepian dilakukan individu saat Hari Suci Nyepi meliputi, 

Amati Geni: tidak menghidupkan atau menggunakan api, 

Amati Karya: tidak bekerja dan semua aktivitas harus dihentikan umat Hindu dan berfokus mensucikan batin kepada Yang Pencipta. 

Amati Lelungan: tidak boleh bepergian atau keluar rumah. 

Terakhir Amati Lelanguan: tidak mengumbar hawa nafsu, tidak menikmati hiburan, tidak berpesta pora, dan sejenisnya. 

Tak lupa, PHDI juga mengajak masyarakat Bali untuk bersama-sama menjaga ketertiban dan protokol kesehatan menjelang Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943, serta mematuhi protokol kesehatan karena situasi pandemi Covid-19. (*)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved