Kabar Seleb
Wawancara Khusus Model Senior Okky Asokawati, Merasakan Pribadi yang Tak Percaya Diri
Kehidupan di dunia modelling menuntut Okky menjadi sosok yang tidak hanya indah dipandang.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Okky Asokawati, model senior Indonesia, menyandang predikat sebagai peragawati atau modelling, penulis, pembicara, artis, politisi, dan seorang psikolog.
Dari semua predikat ini, modelling memiliki nilai yang paling mendalam baginya.
Kehidupan di dunia modelling menuntut Okky menjadi sosok yang tidak hanya indah dipandang.
Dia juga harus memiliki manner, kemampuan akademik dan public speaking yang baik.
Baca juga: Wawancara Menteri Perdagangan M Lutfi: Pak Jokowi Sangat Detail, Saya Bisa Kalah
Baca juga: Posisi Ketua DPD Nasdem Tabanan Masih Kosong, 5 Orang Ikuti Wawancara DPW Bali
Baca juga: WAWANCARA KHUSUS: Cara Pemkab Klungkung Atasi Masalah Sampah Secara Terintegrasi Lewat TOSS
Wanita berusia 59 tahun itu juga harus pandai berbaur dengan siapa saja, di mana saja, tanpa rasa canggung.
"Dengan personality, aku bisa sebagai narsum, orang ajak aku ke politik. Mungkin kalau hanya personality saja, tapi tidak dibungkus dengan pengalaman modelling, mungkin packaging-nya tidak akan menarik," ucap Okky saat sowan ke Markas Tribun Network di Jakarta, Kamis 4 Februari 2021.
Personalitas yang didapat Okky dari dunia modelling mengantarnya sukses mendapatkan berbagai pencapaian besar.
Salah satunya menjadi anggota DPR RI selama dua periode bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Okky bahkan kini menjabat Ketua Bidang Kesehatan DPP Partai NasDem. Kisah perjalanan Okky mencapai sukses ini diceritakan secara gamblang saat diwawancarai Tribun Network.
Sebelum mengenal dunia modelling, Okky adalah pribadi yang sangat tidak percaya diri. Penyebabnya yakni tampilan fisik dan kondisi perekonomian.
Okky menjadi satu-satunya wanita tertinggi di kelas, sejak SD, SMP, hingga SMA.
Dia mengaku minder karena hal tersebut.
Selain itu, Okky juga bukan berasal dari keluarga kaya raya sebagaimana teman-temannya di sekolah.
"Bahkan sampai aku masuk UI (Universitas Indonesia) pun, itu aku selalu naik bus. Aku ingat betul naik bus warna hijau, Mayasari Bakti," kenang Okky.
Buntut dari rasa tidak percaya diri yang dimilikinya, Okky kemudian menjadi sosok yang introvert alias tertutup.
Kendati demikian, Okky memiliki ambisi menjadi seseorang yang dihargai dan dikagumi banyak orang.
Bermodal ambisi besar itu, Okky kemudian mengambil langkah besar dalam hidupnya.
Dia keluar dari zona nyaman dan memutuskan memasuki dunia modelling.
Keputusan memasuki dunia modelling dilatarbelakangi maraknya Majalah Gadis di kalangan remaja saat Okky masih SMA.
Semua remaja putri saat itu menjadikan Majalah Gadis sebagai acuan.
"Aku tuh mengidolakan model-model remaja saat itu. Aku suka Ria Juita, Peti Tunjungsari," ujar dia.
Sebagai remaja yang mengidolakan Rian Juita dan Peti Tanjungsari, Okky juga ingin muncul di Majalah Gadis.
Okky kemudian memutuskan untuk mengikuti ajang pemilihan Putri Remaja yang diadakan Majalah Gadis.
Langkah besar ini merupakan awal mula kesuksesan Okky menjadi model.
"Kok ya ndelalah Majalah Gadis setiap tahun itu bikin pemilihan putri remaja. Aku ikut, dan sejak itulah difoto, catwalk, sampai sekarang," tutur Okky.
Berikut petikan wawancara dengan Okky Asokawati.
Sudah bisa dibilang sangat senior untuk bidangnya, masa pandemi masih lancar di sosmed juga. bagaimana ini?
Rezeki itu ada yang ngatur. Jadi di tengah pandemi, dengan situasi yang seperti ini semua tentu atas izin Allah. Itu kalau kita melihat dari sisi metafisik atau spiritual.
Tapi dari sisi duniawi, aku tentu melakukan ikhtiar yang aku pikir itu mungkin bisa relate dengan masyarakat di luar sana.
Seperti misalnya, karena memang pengalaman banyak di dunia modeling, bisa dibilang sangat senior, maka yang aku tawarkan atau yang aku bagikan ke netizen itu adalah ilmu dan pengalamanku.
Seperti misal bagaimana seseorang berjalan di catwalk, bagaimana ketika aku mengajar anak kecil, bagaimana aku mengajar para ibu. Sekarang itu yang ramai kelas ibu-ibu justru.
Awalnya waktu aku mulai dengan Oky Wala Modeling (salah satu sekolah modelling ternama saat ini), maka mulai ada yang datang.
Dari situ ada juga yang minta private. Karena aku kemudian mengunggah kegiatan-kegiatanku, tiba-tiba seperti snowball.
Begitu juga kalau ada orang minta aku zoominar, atau webinar terkait dengan self development, cuplikannya juga aku pasang di medsos.
Jadi medsos itu memang sangat akurat untuk kita berbagi untuk masyarakat di luar sana, untuk mengetahui apa yang menjadi minat dan niat kita.
Kalau kemudian mereka merasa relate, mendapat sesuatu, biasanya kemudian akan ada sikap atau respon-respon positif itu.
Mencari inspirasi untuk berbagi dengan netizen dari mana?
Kayaknya kalau aku perhatikan, harusnya dimulai dari hati kita dulu.
Jadi ketika kita melakukan apa yang menjadi minat kita, apa yang jadi niat kita, kalau hati kita bilang ini kayaknya bagus deh, kayaknya aku perlu ilmu-ilmu seperti ini, kemudian itu yang aku share, biasanya memang bagus responnya.
Tapi kalau misalnya kita justru berupaya untuk memberikan sesuatu itu berdasarkan kebutuhan orang, tapi bukan passion kita, yang saya amati responnya tidak sebaik kalau itu memang datang dari hati kita.
Kelihatan gitu ya?
Aku rasa orang bisa merasakan ya.
Seperti misalnya gini, hasil sebuah lukisan atau foto, kalau memang fotografer atau pelukisnya itu mempunyai hati atau konflik dengan yang dia gambar, dia punya rasa dengan objek itu, itu biasanya ada gemnya, atau gregetnya. Begitu juga dengan medsos gitu.
Dari masih sangat remaja jadi peragawati, bagaimana awalnya?
Aku itu dulu jadi pribadi yang tidak percaya diri. Justru dulu aku begitu, karena aku itu dulu paling tinggi di kelas, udah gitu aku bukan datang dari keluarga yang punya mobil.
Jadi kalau aku sekolah itu dari rumah ke sekolah aku jalan kaki.
Bahkan sampai aku masuk UI (Universitas Indonesia) pun, itu aku selalu naik bus.
Aku ingat betul naik bus warna hijau, Mayasari Bakti.
Jadi dari Pondok Karya, Mampang, rumah orangtua ke Rawamangun, kan jauh banget.
Sehingga ketika aku SD, SMP, SMA, aku jadi pribadi yang introvert, tidak percaya diri.
Alhamdulillah aku punya ambisi ingin dihargai, ingin dilihat orang, aku punya ambisi untuk terkenal saat itu, waktu aku SMA. Dan Majalah Gadis, majalah remaja lagi top.
Semua remaja putri itu acuannya ke situ, dan aku tuh mengidolakan model-model remaja saat itu.
Aku suka Ria Juita, Peti Tunjungsari, aku suka banget mereka dan ingin seperti mereka.
Sebagai remaja ingin seperti mereka, tentu ingin muncul di Majalah Gadis juga.
Kok ya ndelalah Majalah Gadis setiap tahun itu bikin pemilihan putri remaja.
Aku ikut, dan sejak itulah difoto, catwalk, sampai sekarang.
(tribun network/lucius genik)