Serba serbi
Sulinggih Pantang Bepergian dan Belanja Sendiri, Ini Penjelasan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa
Menjadi sulinggih, pendeta, atau wiku dalam Hindu Bali tidaklah mudah. Ada banyak sekali syarat yang harus dilalui dan ditempuh.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Menjadi sulinggih, pendeta, atau wiku dalam Hindu Bali tidaklah mudah.
Ada banyak sekali syarat yang harus dilalui dan ditempuh.
Banyak pula pantangan bagi seorang sulinggih, di dalam menjalankan hidup dan ritual keagamaan.
Serta di dalam mengayomi umat sedharma di Pulau Dewata.
"Mengapa seorang sulinggih tidak boleh bepergian sendiri? Karena seorang sulinggih harus ada yang selalu mendampingi."
Baca juga: Dulang Viral di Bali, Berikut Penjelasan Sulinggih Terkait Makna Dulang
Baca juga: Sulinggih Muda, Berapa Sebenarnya Usia Ideal Menjadi Sulinggih?
Baca juga: Tak Mudah Menjadi Sulinggih, Begini Pandangan Ida Rsi yang Juga Pensiunan Dosen UNHI
"Sebab apabila ada permasalahan, agar tidak langsung mengarah kepada sang sulinggih, sehingga beliau tidak langsung emosi," jelas Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, kepada Tribun Bali, Selasa 9 Maret 2021.
Sebab seorang sulinggih tidak boleh marah, mengumpat, dendam, dan berpikir yang tidak baik.
Semua hal itu harus dikendalikan dengan baik, sehingga menjadi contoh bagi umat.
Kemudian, lanjut ida, agar ada yang bertanggung jawab atau menjadi saksi apabila terjadi petaka di perjalanan.
Sehingga sang sulinggih atau wiku tidak ikut di dalam perkara hukum.
Baca juga: Karmaphala Dalam Hindu Bali, Ini Penjelasan Sulinggih
Baca juga: Secara Administrasi, Sulinggih Ida Mas Dalem Segara Tidak Tercatat di PHDI Badung
Selanjutnya, agar ada yang matur paungu, apabila sang sulinggih salah bicara atau bertindak sehingga tidak menimbulkan permasalahan di tengah masyarakat.
Sehingga sang sulinggih betul-betul menjadi orang terhormat di mata masyarakat. Untuk itu, seorang sulinggih tidak boleh pergi ke sembarang tempat apalagi mengendarai kendaraan sendiri.
"Sebab kalau sendirian maka ida sang sulinggih sepertinya tidak yang menghiraukan," tegas ida rsi.
Tujuannya agar ida sang sulinggih ada yang membantu apabila memerlukan sesuatu, tidak sang sulinggih yang langsung bertindak. Sebab tidak sesuai sesana (aturan) jika demikian.
Sang sulinggih juga tidak boleh belanja sendiri, karena dalam sesana kawikon, sulinggih dilarang berbelanja dan berjualan (tan wenang adol atuku).
Sebab dalam jual-beli ada konsep material (yang seharusnya dihindari oleh sulinggih).
"Selain itu, ada kata-kata yang ditimbulkan dalam jual-beli, berupa kata-kata yang tidak sesuai dengan sesana sulinggih, seperti berbohong, bersumpah, menipu dan lain sebagainya," tegas pensiunan dosen UNHI ini.
Hal itu semua sesuai dengan makna kata sulinggih, yang terdiri dari dua kata.
Yakni 'Su' berarti terhormat, atau yang dihormati, yang terbaik. Kemudian 'linggih' berarti tempat.
Jadi kata sulinggih artinya orang yang dihormati (ditempatkan di tempat terhormat).