Serba Serbi

Karmaphala Dalam Hindu Bali, Ini Penjelasan Sulinggih

Karmaphala adalah bagian terpenting dari sradha (kepercayaan) umat Hindu, yang merupakan sradha ketiga dari Panca Sradha.

Tribun Bali/M Firdian Sani
Ilustrasi sembahyang - Karmaphala Dalam Hindu Bali, Ini Penjelasan Sulinggih 

Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam agama Hindu, mengenal istilah karmaphala sejak dahulu kala.

Karmaphala adalah bagian terpenting dari sradha (kepercayaan) umat Hindu, yang merupakan sradha ketiga dari Panca Sradha.

Karmaphala terdiri dua kata, yaitu ‘karma’ yang berarti perbuatan.

Kemudian ‘phala’ yang berarti hasil.

Baca juga: Mengenal Sanggah Cucuk, Berikut Pengertian dan Maknanya Dalam Hindu Bali

Baca juga: Purnama Kesanga, Ini Maknanya Dalam Hindu Bali

Baca juga: Bagi Umat Hindu Bali, Otonan Lebih Penting daripada Ulang Tahun, Apa Sebabnya?

Jadi Karmaphala suatu hukum sebab akibat.

"Yang artinya setiap perbuatan pasti akan mendapatkan suatu hasil," jelas Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, kepada Tribun Bali, Rabu 3 Maret 2021.

Karmaphala adalah suatu hukum yang memberikan rasa optimistis kepada setiap manusia Hindu.

Karena dengan adanya kepercayaan akan hukum Karmaphala, maka manusia akan berusaha hidup optimis karena percaya akan menerima hasil yang akan datang cepat atau lambat.

"Selama kita melakukan perbuatan (karma) baik pasti hasilnya akan baik, dan sebaliknya," tegasnya.

Sehingga manusia dipacu untuk melaksanakan karma yang baik agar hasilnya juga baik, dengan demikian rasa optimistis akan muncul sendirinya.

Karmaphala sesungguhnya dibagi manjadi tiga bagian, diantaranya Sancita Karmaphala, yaitu perbuatan baik atau buruk yang lalu (saat kehidupan atau kelahiran dulu sebelum berenkarnasi sekarang).

Kemudian karena hasil perbuatannya dahulu belum sempat dinikmati waktu kelahirannya dahulu, tetapi hasil perbuatannya itu baru bisa dinikmati pada kelahiran sekarang.

Oleh karena itu umat Hindu, walaupun dalam hidupnya sekarang dia sudah berbuat baik, namun dia masih mendapatkan hasil yang tidak baik, seperti sakit, sial dan sebagainya.

Demikian juga pada hidupnya sekarang dia orang yang tidak baik, suka bohong, penipu dan lainnya tetapi dia tetap mendapatkan keberuntungan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved