Ari Dwipayana: Dialog Antar Agama Jangan Hanya di Tataran Elitis, Harus Sampai ke 'Akar Rumput'

Dialog  perlu mendiskusikan isu-isu panas di akar rumput, seperti masalah pendirian tempat ibadah, syiar agama, pernikahan antar agama, konversi agama

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Koordinator Staf Khusus Presiden Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana 

Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dialog antar tokoh-tokoh agama, harus terus diulang-ulang untuk mencari titik temu dan common platform. Tapi dialog seharusnya tidak berhenti di atas mimbar.

Dialog harus  turun sampai ke akar rumput.

Dialog di akar rumput tidak perlu menghindar, untuk mendialogkan isu-isu sensitif.

Dialog  perlu mendiskusikan isu-isu panas di 'akar rumput', seperti masalah pendirian tempat ibadah, syiar agama, pernikahan antar agama, konversi agama, dan isu panas lainnya.

Baca juga: Tertuang Dalam Lontar Sundarigama dan Buku Nagarakartagama, Berikut Makna Hari Raya Nyepi

Sehingga dengan membicarakan titik-titik panas maka akan ditemukan solusi bersama.

Hal itu disampaikan Koordinator Staf Khusus Presiden RI, AAGN Ari Dwipayana, saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Lintas Iman, yang diselengarakan PHDI DIY bersama panitia Nyepi 2021.

Dengan tema 'Peran Tokoh Agama Melalui Dialog Dalam Menjaga Harmoni dan Menanggulangi Covid-19'. 

"Kita semua harus mau dan mampu melewati model dialog yang bersifat fomalitas, elitis dan seremonial, menjadi dialog-dialog yang sejati," katanya dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali, Rabu 10 Maret 2021.

Ari Dwipayana melanjutkan, apabila isu-isu panas dan sensitif tersebut tidak dicarikan solusi, akan mudah digunakan oleh para entrepreneur politik.

Serta kelompok-kelompok radikal yang memainkan isu sensitif tersebut, untuk kepentingan politik, ekonomi, dan ideologi mereka.

Dialog  juga akan kuat jika dilandasi fondasi  persaudaraan dan persahabatan antar tokoh-tokoh agama.

Hal ini dilakukan telah oleh para tokoh-tokoh bangsa seperti Gus Dur, Romo Mangun, Bhante Pannavaro, Ibu Gedong Bagoes Oka, TH Sumartana.

 "Mereka bukan semata berdialog, tetapi juga bersahabat," sebutnya.

Ari Dwipayana menyampaikan, bahwa  pandemi bukan hanya menimbulkan bencana kemanusiaan.

Baca juga: 10 Fakta Hari Raya Nyepi di Bali yang Harus Kalian Ketahui

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved