Cerita Juru Pugar Candi di Jawa Tengah, Tak Boleh Sembarang Batu Bisa Digunakan Memugar

Ari mendapatkan informasi bahwa para pemugar menjadi penentu dalam mencocok-cocokkan batu-batuan candi yang dipugar.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
ist/dok pribadi
suasana saat Ari Dwipayana bersama rombongan melihat candi di Jawa Tengah 

Dalam rangka penyelamatan, Edi menjelaskan pihaknya juga terus berkolaborasi dengan komunitas pecinta dan pelestari budaya yang sampai 31 Desember 2020 jumlahnya di Jateng mencapai 28 komunitas.

BPCB juga meluncurkan aplikasi (website bpcbjateng.id) untuk menerima laporan dari masyarakat jika ada temuan yang diduga cagar budaya di lingkungannya.

“Aplikasi semoga masyarakat bisa menggunakannya sehingga tim kami bisa langsung merespon dan terjun ke lapangan,” tambah Edi.

Adapun menurut Edi kendala yang dihadapi selama ini adalah keterbatasan jumlah SDM juru pugar dan juru pemeliharaan.

 “Kebutuhan kita sangat banyak, namun SDM kita terbatas, apalagi sudah mulai pada pensiun ini para ahli kita, semoga nanti di universitas-universitas atau bahkan sekolah vokasi ada studi khusus untuk juru pugar atau pemeliharaan cagar budaya.

Sejauh ini kita siasati dengan sharing knowledge ke masyarakat sekitar dan itu tentu saja masih belum cukup," kata Edi.

 Setelah berkunjung ke Kantor BPCB, Ari dan rombongan meninjau langsung ke Candi Plaosan, Sojiwan, Candi Sewu, Candi Lumbung, dan Candi Bubrah.

Selain mencermati relief dan nilai yang disana, Ari melihat langsung proses pemugaran dan berdiskusi dengan para pemugar terkait kendala apa yang dihadapi selama proses pemugaran. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved