Berita Badung

Masih Pandemi, Tradisi Mbed-Mbedan di Desa Adat Semate Mengwi Badung Tak Dilaksanakan Lagi Tahun Ini

Tradisi Mbed-Mbedan yang biasanya digelar Desa Adat Semate Kelurahan Abianbase Mengwi Badung pada rahina Ngembak Geni kini kembali tidak dilaksanakan

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
dokumen
Pelaksanaan Tradisi Mbed-Mbedan yang dilaksanakan warga Desa Adat Semate, Kelurahan Abianbase, Mengwi Badung 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Tradisi Mbed-Mbedan yang biasanya digelar Desa Adat Semate Kelurahan Abianbase Mengwi Badung pada rahina Ngembak Geni kini kembali tidak dilaksanakan.

Tradisi seperti tambang itu biasanya dilaksanakan di depan Pura Desa lan Puseh Desa Adat setempat dengan diikuti oleh semua krama desa.

Penundaan tradisi tersebut, kembali karena adanya virus corona atau covid-19 dan masih adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kabupaten Badung.

Kendati demikian, biasanya usai melakukan berata penyepian, keesokan harinya atau pada hari ngembak Geni seluruh masyarakat desa adat Semate menggelar tradisi tersebut.

Baca juga: Anak yang Terseret Arus di Pantai Munggu, Badung Sempat Mengeluh Sesak Napas

Tradisi itu pun digelar dengan tujuan untuk menjaga kerukunan krama desa, dan juga mengingat lahirnya nama Semate yang sempat terjadi tarik ulur pendapat saat itu.

Sehingga tradisi mbed-mbedan dilaksanakan seperti tari ulur yang mengingatkan akan nama Semate tersebut.

Bendesa Adat Semate, I Gede Suryadi saat dikonfirmasi tak menampik jika tradisi Mbed-Mbedan yang biasa dilaksanakan saat rahina Ngembak Geni tidak dilaksanakan pada Hari Raya Nyepi  tahun caka 1943 atau tahun 2021.

Semua itu, katanya, lantaran adanya isu virus corona atau Covid-19 dengan tidak melaksanakan kegiatan yang melibatkan orang banyak.

"Iya tahun ini kembali kita tidak laksanakan tradisi Mbed-mbedan itu.

Hal ini dilakukan sesuai SE Bupati, selebihnya melarang untuk menciptakan kerumunan demi menurunnya kasus covid-19," ujarnya Kamis 11 Maret 2021.

Meski demikian pihaknya mengaku tetap melaksanakan banten Pakeling di pura Desa lan Puseh Desa Adat Setempat.

Hal Itu dilakukan agar prosesi upakara tetap berjalan dan tradisi bisa ditunda tanpa ada masalah.

"Intinya sama kami laksanakan seperti tahun lalu. Prosesi upakara tetap dilaksanakan dengan jro mangku dan serati banten saja," bebernya

Suryadi menuturkan, banten pakeling dibuat agar warga tetap berdoa dan memohon  restu supaya terhindar dari bahaya maupun masalah.

Baca juga: Peringati Isra Miraj, Rukun Warga Muslim Al Hasanah Santuni Anak Yatim Piatu di Badung Bali

Maka dari itu pihaknya meminta kepada warganya untuk sembahyang di rumah masing-masing saat itu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved