Berita Denpasar

Hakiki dan Temannya Menanti Sejak Subuh, Melasti di Padanggalak Denpasar Hanya Melibatkan 40 Peserta

Ahmad Hakiki mengaku sudah menunggu bersama temannya sejak Kamis 11 Maret 2021 subuh.

Tribun Bali/Rizal Fanany
Umat Hindu menggelar upacara melasti dalam rangkaian hari Raya Nyepi di Pantai Padanggalak, Kesiman, Denpasar, Kamis 11 Maret 2021. Di masa pandemi upacara Melasti dilaksanakan secara terbatas. Setiap desa adat hanya melibatkan 40 orang peserta, yang terdiri dari pemangku, serati banten, prajuru adat, dan pecalang - Hakiki dan Temannya Menanti Sejak Subuh, Melasti di Padanggalak Denpasar Hanya Melibatkan 40 Peserta 

Sementara krama melakukan persembahyangan di merajan masing-masing.

Ia berharap agar pandemi Covid-19 segera berakhir sehinga kegiatan adat budaya dan agama kembali normal.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar IGN Bagus Mataram mengatakan ngubeng ini digelar meskipun wilayah desa adat tersebut berada di pesisir pantai.

Hal ini lantaran masih dalam suasana pandemi Covid-19 serta pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diperpanjang hingga 22 Maret 2021.

Ia mengatakan, semua palawatan maupun pratima distanakan di Pura Bale Agung ataupun Pura Desa.

“Untuk pelaksanaan melasti, makis, maupun melis desa adat di Kota Denpasar semua ngubeng. Pelawatan, pratima kalinggihang di Pura Bale Agung maupun Pura Desa,” kata Mataram.

Selanjutnya, untuk prosesi nunas tirta ka segara dilaksanakan oleh perwakilan desa adat dengan jumlah terbatas.

Perwakilan tersebut meliputi jero mangku, serati, dan beberapa prajuru desa adat.

“Jumlahnya terbatas, hanya jero mangku, serati, serta beberapa prajuru adat. Usahakan yang bertugas saja yang ke sana dengan menggunakan protokol kesehatan yang ketat,” imbuhnya.

Sementara bagi krama yang ngaturang soda, cukup dari sanggah kembulan.

Dari kembulan tersebut masyarakat ngayat Ida Bhatara.

Pelaksanaan ngubeng juga berlaku bagi desa adat yang berada di pesisir pantai.

“Tetap yang nunas tirta ke segara perwakilan saja. Kalau semua ke pantai kan bukan ngubeng namanya. Harus ketat agar tidak kebablasan nanti jadinya,” katanya.

Dalam pelaksanaan pangerupukan masyarakat melaksanakan prosesi mabuu-buu di rumah masing-masing.

Sementara pawai maupun pengarakan ogoh-ogoh ditiadakan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved