Myanmar

Myanmar Semakin Mencekam, Jumlah Korban Jiwa akibat Menentang Junta Militer Terus Bertambah

Setidaknya enam pengunjuk rasa tewas di tangan pasukan keamanan di Myanmar.

Editor: Wema Satya Dinata
REUTERS/Stringer
ILUSTRASI. Para pengunjuk rasa berlindung saat mereka bentrok dengan petugas polisi anti huru hara selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar 

Sementara itu pasukan kemananan dari junta militer Myanmar menggunakan senjata perang untuk melumpuhkan demonstran.

Pasukan keamanan Myanmar pun melakukan pembunuhan terencana yang diatur komandan mereka.

Hal itu disampaikan organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International melalui laporan terbarunya yang dirilis hari Kamis 11 Maret 2021.

Amnesty International menyusun berbagai video kekerasan terhadap demonstran di Myanmar yang telah tersebar di media sosial sebagaimana dilansir AFP.

Organisasi tersebut menyebutnya dokumentasi pembunuhan besar-besaran yang dilakukan setelah militer melakukan kudeta pada 1 Feburari 2021.

Direktur Tanggapan Krisisi Amnesty International Joanne Mariner mengatakan, taktik militer Myanmar untuk membubarkan demonstran adalah taktik lawas.

"Tetapi pembunuhan mereka belum pernah disiarkan langsung ke dunia untuk melihatnya," kata Mariner melalui laporan terbaru tersebut.

Dia menambahkan, para komandan yang memerintahkan pasukannya untuk membunuh tidak merasa menyesal karena terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.

“Mengerahkan pasukan dan metode pembunuhan di tempat terbuka,” kata Mariner.

Amnesty menganasilis 55 video yang direkam sejak 28 Februari hingga 8 Maret di kota-kota di Myanmar termasuk Mandalay dan Yangon.

Dalam salah satu video tertanggal 28 Februari di kota Dawei, seorang tentara terlihat menyerahkan senapannya ke petugas polisi di sebelahnya.

Polisi itu membidik lalu menembak. Setelah itu, personel lain di sekitarnya bersorak gembira.

Rekaman itu direkam dari sebuah properti di atas jalan. Terdengar pula suara tangis wanita dari video tersebut.

"Insiden ini tidak hanya menunjukkan pengabaian yang sembrono terhadap kehidupan manusia, membuat olahraga menembak secara langsung ke arah pengunjuk rasa, tetapi juga mengungkapkan koordinasi yang disengaja di antara pasukan keamanan," ujar Mariner.

Amnesty International mengatakan, beberapa unit militer telah dikerahkan ke daerah minoritas yang bergolak di Myanmar.

Sumber: Kontan
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved