Berita Internasional
Junta Militer Myanmar Tetapkan Darurat Militer, Seorang Gadis Usia 15 Tahun Tewas Ditembak
Sejak kudeta dimulai, total korban tewas di Myanmar telah mencapai 134 orang sebagaimana dilansir The Irrawaddy.
Tubuh wanita itu ditinggalkan di saluran pembuangan oleh pasukan keamanan setelah dibunuh.
Pasukan keamanan juga meredam demo anti-kudeta yang digelar para mahasiswa di Bago pada Minggu pagi.
Selama tindakan keras itu seorang anak laki-laki ditembak mati, sementara tiga orang lainnya cedera.
Di Hpakan, pusat penambangan batu giok di Negara Bagian Kahcin, seorang pria berusia 30 tahun ditembak mati dan enam lainnya terluka.
Di sana, pasukan keamanan Myanmar dilaporkan menembakkan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa anti-kudeta pada Minggu pagi.
Pada Minggu, aksi pasukan keamanan Myanmar paling brutal terjadi di Yangon.
Seorang demonstran di Hlaingtharyar, Yangon, mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa pasukan keamanan sengaja membunuh demonstran.
“Penembakan ini sama sekali tidak bisa diterima. Mereka tidak membubarkan protes. Mereka membunuh orang dengan kekerasan," kata demonstran tersebut.
Darurat militer
Junta militer Myanmar akhirnya memberlakukan darurat militer di Hlaingtharyar dan Shwepyitha di Yangon pada Minggu malam.
Baca juga: Korban Terbaru, 12 Warga Sipil Tewas dalam Aksi Protes Anti-kudeta Militer Myanmar
Status itu diberlakukan setelah sedikitnya 39 demonstran tewas dalam salah satu hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Kedua kota besar dan miskin itu dikenal sebagai pusat pabrik, khususnya pabrik garmen.
Televisi yang dikelola junta militer Myanmar mewartakan, junta militer memberikan kekuasaan administratif dan peradilan darurat militer kepada komandan regional Yangon.
“Untuk melakukan keamanan, menjaga aturan hukum, dan ketenangan dengan lebih efektif," kata seorang penyiar televisi tersebut sebagaimana dilansir AFP.
Di Hlaingtharyar, polisi dan tentara bentrok dengan para demonstran.
