Berita Internasional
Jepang Diguncang Gempa Bermagnitudo 7,2, Pemerintahan Yoshihide Suga Aktifkan Pusat Manajemen Krisis
Gempa besar dengan intensitas seismik 5+ (plus) dan Magnitudo 7,2 terjadi di Miyagi, Sabtu 20 Maret 2021 pukul 18.09 waktu Jepang.
TRIBUN-BALI.COM - Gempa besar dengan intensitas seismik 5+ (plus) serta Magnitudo 7,2 terjadi di Miyagi, Jepang pada Sabtu 20 Maret 2021 pukul 18.09 waktu setempat. Gempa juga disertai tsunami.
Intensitas seismik 4 sampai ke Chiba dan Saitama serta sebagian Tokyo bagian utara dengan lama getaran sekitar 30 detik sore ini.
Tsunami bergerak cukup tinggi di daerah pesisir Prefektur Miyagi terutama Minami Sanriku, Kisennuma, dan Ishinomaki.
Masih belum diketahui dampak dari gempa dan tsunami kali ini.
Baca juga: Miliarder Jepang Ajak Jalan-jalan ke Bulan, Pelamar Sudah Lebih dari 300 Ribu Orang
Hingga jam 18.41 telah terjadi gempa susulan sebanyak lima kali.
Pemerintah telah mengaktifkan pusat manajemen krisis di kediaman resmi perdana menteri (PM) Yoshihide Suga, dan mengumpulkan informasi tentang situasi kerusakan dengan menghubungi kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah dan kepolisian.
KBRI Tokyo Pantau Kondisi WNI
Seperti diberitakan, gempa bumi berkekuatan 7,2 Magnitudo mengguncang lepas pantai Prefektur Miyagi dengan kedalaman 60 kilometer Sabtu (21/3/2021) pada pukul 18.09 waktu setempat.
Badan Meteorological Jepang (Japan Meteorologi Agency-JMA) menginformasikan gempa berskala 5 ini berpotensi tsunami.
Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang Heri Akhmadi menjelaskan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo melakukan pemantauan kondisi warga negara Indonesia di Prefektur Miyagi dan beberapa wilayah yang juga merasakan gempa.
"KBRI telah berkoordinasi dengan sejumlah perwakilan WNI di wilayah tersebut untuk memonitor kondisi WNI. Sampai saat ini KBRI masih mengumpulkan informasi baik melalui liputan awal media Jepang maupun informasi dari masyarakat," ujar Heri Akmadi dalam siaran rilis yang diterima Tribun Bali.
Lebih lanjut Heri Akhmadi menghimbau kepada WNI yang bermukim di Jepang khususnya di Prefektur Miyagi agar segera melapor kepada KBRI
Tokyo melalui layanan telepon hotline jika dalam keadaan darurat terkait gempa.
"Kepada WNI yang berada dalam kondisi darurat agar melapor ke hotline KBRI Tokyo. Tetap tenang dan ikuti petunjuk dari pemerintah daerah setempat," lanjut Heri Akhmadi.
KBRI Tokyo hingga kini belum mendapat informasi seputar adanya korban jiwa dari WNI dan kerugian materiil terkait gempa. Jumlah total WNI yang bermukim di Prefektur Miyagi ada 984 orang.