Berita Klungkung

Pemkab Klungkung Panen Demplot, Hasilnya Pupuk Organik Lebih Produktif Hasilkan Gabah daripada Kimia

Pemkab Klungkung telah melakukan panen demplot (demontrasi plot), terkait pemanfaatan pupuk olahan sampah di TOSS (tempat olah sampah setempat)

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Panen demplot (demontrasi plot), terkait pemanfaatan pupuk olahan sampah di TOSS (tempat olah sampah setempat) di Dusun Karangdadi, Desa Kusamba, Klungkung, Sabtu (21/3/2021) 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Pemkab Klungkung telah melakukan panen demplot (demontrasi plot), terkait pemanfaatan pupuk olahan sampah di TOSS (tempat olah sampah setempat) di Dusun Karangdadi, Desa Kusamba, Klungkung.

Hasil demplot, menunjukkan pupuk organik jenis osaki yang diproduksi TOSS Centre, lebih produktif menghasilkan gabah daripada pupuk kimia (urea).

Demplot tersebut dilaksanakan di lahan seluas sekitar 26 are milik Balai Bibit Utama (BBU) Provinsi Bali, Karangdadi Desa Kusamba, Klungkung.

Varietas yang digunakan yakni padi jenis Ciherang, dengan usia tanam tanam 105 hari. 

Baca juga: Gandeng ICA, Pemkab Klungkung Rancang Rumah Makan Kolam Pancing

Panen perdana demplot dilaksanakan, Sabtu (20/3/2021) kemarin, dipimpin langsung Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, dan dihadiri Kabid Dinas Pertanian Provinsi Bali Ir. I Wayan Sunarta, serta Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan, I Ketut Suadnyana.

" Jadi dalam demplot tersebut, kita menguji produktivitas padi yang dihasilkan dari penggunaan dua jenis pupuk kompos, yakni pupuk osaki dan curah yang dihasilkan pengolahan sampah di TOSS Centre Karangdadi, dan pupuk kimia," ujar Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida, Minggu 21 Maret 2021.

Pelaksanaan demplot, dibagi menjadi 4 petak lahan.

Petak I dengan luas sekitar 6 are, memanfaatkan pupuk organik jenis osaki sebanyak 1,34 ton sejak awal masa tanam hingga panen.

Sementara petak II juga memanfaatkan lahan seluas 6 are, dengan memanfaatkan pupuk organik jenis osaki sebanyak 1,18 ton.

Sementara petak III memanfaatkan luas lahan sekitar 6 are, memanfaatkan pupuk organik jenis curah sebanyak 1,42 ton dari awal masa tanam hingga masa panen.

Sementara terakhir petak IV memanfaatkan lahan seluas 8 are, dengan memanfaatkan  pupuk kimia jenis urea sebanyak 32 kilogram.

" Jadi kami ambil sampling, lalu kami kalkulasikan hasilnya per hektar.

Kalau secara kuantitas, pemanfaatan pupuk kompos memang bisa sekitar 100 kali lipat, dari pupuk urea," ungkap Juanida.

Dari hasil demplot, tanaman padi di lahan yang menggunakan pupuk organik, lebih baik daripada padi yang menggunakan pupuk kimia secara penuh.

Baca juga: Dongkrak Indeks Pencegahan Korupsi di Daerah, Semua OPD di Klungkung Harus Terlibat Dalam Pengawasan

Petak sawah I yang memanfaatkan pupuk organik osaki, secara produktivitas menghasilkan gabah mencapai 8,5 ton per hektarnya.

Petak sawah II yang juga memanfaatkan pupuk organik osaki, produktivitasnya menghasilkan gabah mencapai 9,3 ton per hektar.

Petak sawah III yang memanfaatkan pupuk organik jenis curah, menghasilkan gabah mencapai 8,2 ton per hektar.

Sementara petak sawah IV menghasilkan 6,2 ton per hektar.

" Kesimpulan dari hasil demplot itu, Secara umum, pupuk organik yang dihasilkan ada nilai tambah pada tanaman padi. Jika dibandingkan dengan full menggunakan pupuk kimia," ungkap Juanida.

Ia menambahkan, demplot itu tidak serta merta berorientasi pada keuntungan komersil, atau peningkatan hasil prouktivitas semata.

Namun lebih dari itu, dengan pemanfaatan sampah organik kedepan bisa menghasilkan produk pangan yang lebih sehat, perbaikan unsur hara yang lebih maksimal pada lahan, serta yang jauh lebih penting yakni pemanfaatan pupuk organik dari TOSS, bisa membantu pengentasan masalah sampah di Klungkung.

Sementara itu Bupati Suwirta mengatakan,demplot padi dengan kajian pupuk hasil TOSS ini merupakan sebuah mimpinya untuk memperdayakan para petani.

 Jika hasilnya sesuai harapan, maka Pemkab Klungkung akan mengembangkan pertanian organik di sekitar Kawasan TOSS Center.

"Upaya ini kami lakukan untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan pupuk organik dari olahan tempat olah sampah setempat, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia," ujar  Suwirta. (*)

Artikel lainnya di Berita Klungkung

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved