Wawancara Tokoh
Wawancara Wabup Bangli I Wayan Diar, Menuju Era Baru, Mengubah Tata Wajah Kota
Wabup Bangli, I Wayan Diar, wawancara bersama Manajer Liputan Tribun Bali, Komang Agus Ruspawan, di kantornya, belum lama ini.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - SEPAK terjang I Wayan Diar dalam dunia politik terhitung cukup lama.
Pria kelahiran Desa Belantih, Kintamani, itu sempat menjabat sebagai anggota DPRD Bangli empat periode, Ketua DPRD Bangli, dan sekarang menjadi Wakil Bupati Bangli.
Walau demikian, ia justru tak pernah bercita-cita menjadi politisi, bahkan bermimpi menjadi Wakil Bupati.
Hal itu diungkapkan Wabup Bangli, I Wayan Diar, dalam wawancara bersama Manajer Liputan Tribun Bali, Komang Agus Ruspawan, di kantornya, belum lama ini.
Baca juga: Wawancara Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Tekad Ubah Jembrana Jadi Indah dan Ramah
Baca juga: Wawancara Menristek Bambang Brodjonegoro, Harus Konsisten Pada Ekonomi Berbasis Inovasi
Baca juga: Wawancara dengan Dubes RI untuk Malaysia, Lebih 50 Persen TKI di Malaysia Ilegal
Dalam kesempatan tersebut, Wayan Diar juga menyampaikan program-program kerjanya bersama Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta.
Visi misi mereka adalah membawa Bangli menuju Era Baru sehingga Bangli bisa bangkit dan sejajar dengan kabupaten lainnya.
Berikut petikan wawancaranya:
Pak Wayan Diar, Bapak pernah menjadi anggota dewan kemudian Ketua DPRD Bangli, dan sekarang terpilih sebagai Wakil Bupati Bangli. Apa bedanya Pak, dari legislatf sekarang eksekutif?
Ya tentunya ada perbedaan yang sangat signifikan.
Perbedaan tersebut adalah pada rancangan dan perencanaan.
Tugas seorang eksekutif adalah pada merancang.
Sementara tugas seorang anggota legislatif adalah membahas dan menyetujui usulan rancangan yang dibuat eksekutif.
Yang juga membedakan, kalau di parlemen kita ditugaskan untuk bicara.
Sehingga memang lebih banyak kita berbicara hal-hal yang memang menjadi kebutuhan dari aspirasi masyarakat.
Kalau di eksekutif ini kita merancang secara keseluruhan.
Dari kebutuhan di masyarakat hingga pembangunan di Kabupaten Bangli.
Waktu kecil Bapak pernah nggak membayangkan menjadi pejabat publik seperti sekarang?
Oh saya tak pernah berangan-angan ataupun bercita-cita jadi anggota dewan atau wakil bupati.
Sebab saya hanyalah anak seorang petani desa.
Tentu saya tidak tahu apa itu anggota DPR, wakil bupati, apalagi di masa-masa itu.
Itu (anggota DPR, wakil bupati, red) adalah nama-nama yang sakral bagi masyarakat kecil, utamanya di pegunungan.
Karena mereka tahunya tidak melalui proses (sebelum reformasi).
Beda dengan sistem sekarang yang sudah ditentukan oleh masyarakat. Karena memang sudah amanat undang-undang.
Seperti apa sih masa kecil seorang Wayan Diar di Desa Belantih, Kintamani, Pak?
Masa kecil saya berjalan seperti biasa, tidak ada istimewa.
Kita di desa bermain tengkleng-tengklengan atau main tanah. Saya SD di Belantih, dan mulai masuk saat umur 9 tahun, sedikit telat.
Kemudian SMP 2 Kintamani juga di Belantih.
Pernah di SMA 2 Bangli satu semester, lalu pindah ke SMA 3 Singaraja.
Saya kembali merantau ke Denpasar kuliah di Unud D4 Pariwisata.
Saya sempat merasakan bekerja di salah satu hotel wilayah Kuta.
Namun karena tidak sesuai dengan hati, pada 1997 memutuskan kembali ke Desa Belantih.
Saya mungkin hanya enam bulan kerja di hotel.
Setelah berhenti bekerja, Bapak memilih jalur politik. Apa memang punya jiwa sebagai politikus?
Sebenarnya ini semua tanpa disadari dan murni alami.
Karena kalau keturunan, bapak hanya petani, kakek juga petani, sehingga tidak ada darah politik.
Saya mulai aktif di politik tahun 1998 saat mulai era reformasi.
Saat itu, PDIP mulai konsolidasi untuk mencari pengurus di desa-desa.
Saya kemudian didapuk menjadi Ketua Ranting PDIP Desa Belantih, Wakil Ketua kemudian Ketua PAC Kintamani, hingga menjadi Sekretaris DPC PDIP Bangli.
Sejak 2004 saya terpilih sebagai anggota DPRD Bangli.
Tahun 2019 dipercaya sebagai Ketua DPRD Bangli.
Tapi belum cukup setahun, saya diamanahkan untuk menjadi calon wakil bupati oleh partai.
Astungkara terpilih dan sekarang menjadi Wakil Bupati Bangli.
Sebagai pemimpin Bangli yang baru, apa program-program Bapak?
Kami bersama Bupati Bangli, Pak Sang Nyoman Sedana Arta, sehari pasca pelantikan telah me-launching pelayanan 24 jam dengan menghubungi nomor (0366) 5501000.
Layanan ini telah berjalan dengan sangat baik, walaupun masih berbayar.
Pak Bupati sudah sampaikan sedang diurus dengan Kominfo agar menggunakan nomor 112.
Sehingga masyarakat yang memanfaatkan layanan 24 jam, nantinya bisa secara gratis.
Untuk kesehatan, kita juga akan mengcover seluruh warga Bali dengan BPJS.
Jadi masyarakat Bangli kalau mau ke rumah sakit tidak perlu khawatir, semuanya ditangani BPJS.
Mungkin ada program dalam waktu dekat yang diprioritaskan?
Program yang kami prioritaskan, selain penanganan Covid-19, adalah penataan wajah kota.
Mulai dari penataan alun-alun, hingga revitalisasi gedung BMB termasuk Kantor DPRD Bangli.
Kami tak memungkiri jika Bangli kerap mendapat julukan kota mati.
Beberapa kali juga muncul selentingan Bangli kota tergelap.
Bahkan menjadi sebuah sindiran, kalau buka google ketik kota tergelap yang terlihat adalah Kabupaten Bangli.
Hal inilah yang menjadi motivasi kami, sehingga tahun pertama ini Pak Bupati memastikan bahwa penataan kota, penataan alun-alun selesai pada 2021.
Mulai dari penataan Lapangan Kapten Mudita, lampu-lampu kota, hingga pintu gerbang di perbatasan.
Ya paling tidak (bisa) bersaing dengan Kabupaten Gianyar.
Astungkara tahun ini semua berjalan.
Karena kita di kabupaten telah mendapat support dari Bapak Ketua DPRD dan Anggota DPRD semua.
Termasuk juga dari Pak Gubernur Bali yang sangat mendukung kami mewujudkan visi misi Bangli menuju Era Baru.
Sekarang Bangli punya maskot baru, yakni Bunga Pucuk Bang. Bagaimana awal mula pemilihan Pucuk Bang sebagai maskot ini?
Awalnya nama Pucuk Bang ini sempat booming saat era kepemimpinan (alm) Ida Bagus Agung Ladip beberapa puluh tahun lalu.
Namun saat itu, belum sempat ditetapkan sebagai maskot.
Pak Bupati Sedana Arta kemudian memutuskan menjadikan Bunga Pucuk Bang ini sebagai maskot Kota Bangli.
Sudah langsung di-SK kan. Secara resmi ditandatangani dan diluncurkan pada 13 Maret 2021 di Catus Pata Bangli.
Bunga Pucuk Bang ini kita tahu punya nilai-nilai sakral, digunakan saat upacar-upacara keagamaan.
Sekarang bunga ini menjadi identitas baru masyarakat Bangli.
Apa harapan dan pesan Bapak kepada masyarakat Bangli?
Kami berharap agar semua masyarakat Bangli mendukung Sedana Arta-Diar untuk selalu bergerak, untuk membangun menuju Bangli Era Baru.
Sesuai pesan dari Bupati Sedana Arta, kami mengajak masyarakat Bangli untuk mengubah mindset yang mengatakan Bangli kota miskin.
Ayo ubah mulai hari ini. Karena sebenarnya Bangli-lah segala sumber.
Sumber airnya ada di sini, Pura-pura besar ada di sini, ada gunungnya, ada danaunya, budaya tua juga ada di sini.
Sehingga semua potensi ada di Bangli.
Kalau kita benar manajemennya, maka kita akan sejajar dengan kota/kabupaten lainnya. Oleh sebab itu tidak usah kita berpikir miskin.
Tinggal sekarang bagaimana kita mengelola kekayaan alam yang cukup melimpah ini.
Saya yakin dengan kepemimpinan Pak Bupati dan saya selaku pendamping beliau, sudah satu komitmen tiada lain adalah membangun Bangli untuk menuju Bangli yang lebih maju, Bangli Era Baru. (*).