Warga Ubud Menggigil 2 Hari Usai Divaksin - Pengiriman 10,3 Juta Dosis AstraZeneca Ditunda, Ada Apa?
Warga Ubud Menggigil 2 Hari Usai Divaksin, Pengiriman 10,3 Juta Dosis AstraZeneca Ditunda, Ada Apa?
TRIBUN-BALI.COM - Proses vaksinasi Covid-19 di Bali terus berlanjut.
Namun, tak sedikit warga yang telah disuntikkan vaksin mengeluhkan efek sampingnya.
Efek samping tersebut kemudian dikenal sebagai KIPI alias kejadian ikutan pasca imunisasi.
Seperti diakui sejumlah warga di Ubud, Gianyar, Bali.
Ada yang menggigil, meriang, sakit kepala, hingga lemas setelah menerima vaksin AstraZeneca.
Akibatnya, ada warga yang kini ketakutan mengikuti vaksin.
"Saya menggigil sampai dua hari. Kalau boleh, mendingan saya tidak ikut, soalnya trauma," ujar seorang warga di Ubud yang enggan disebutkan identitasnya.
Berdasarkan data Tribun Bali, Senin 29 Maret 2021, empat desa/kelurahan yang masuk zona Ubud bebas covid-19 adalah, Kelurahan Ubud, Desa Petulu, Desa Kedewatan dan Desa Sayan.
Baca juga: Vaksinasi di Sanur Gunakan Vaksin AstraZeneca, Lebih Manjur Mana dengan Sinovac? Ini Perbedaannya
Kepala Bidang Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Gianyar, Anak Agung Anom Sukamawa menyebut pihaknya telah mengetahui banyak penerima vaksin di Ubud yang merasakan efek sampingnya.
Meski begitu, menurutnya hal tersebut adalah wajar.
"Ya, memang ada efek. Kalau posisi lemah akan kebus dingin (menggigil), (efeknya) tidak serius. Dua hari sudah pulih," ujarnya.
"Masyarakat tidak usah panik dan takut, karena vaksin ini sudah lolos uji klinis. Dan sudah mendapatkan izin dari BPOM. Malahan, ada efek ada hasil. Kalau tidak ada efek kita kan bertanya-tanya, ini obatnya nyusup apa tidak. Jadi artine nyusup obate," imbuhnya.
Vaksinasi di Sulut Dihentikan Sementara
Untuk diketahui, sebelumnya efek samping vaksin AstraZeneca juga sempat dikeluhkan oleh warga di Sulawesi Utara (Sulut).
Dilansir dari Kompas.com, seluruh efek samping ringan yang muncul sebagai kejadian ikutan pasca imunisasi KIPI) vaksin AstraZeneca di Sulawesi Utara (Sulut) sudah teratasi.
Adapun efek samping ringan yang muncul berupa demam, sakit kepala, dan menggigil.
"Semua sudah teratasi karena semua gejala akan hilang 1-3 hari," kata Nadia Minggu (28/3/2021).

Sebelumnya, Nadia membenarkan bahwa vaksinasi Covid-19 AstraZeneca di Sulut dihentikan sementara.
Penghentian itu dilakukan karena Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komda KIPI) Sulut dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulut sedang melakukan evaluasi terhadap vaksinasi tersebut.
"Betul dihentikan sementara karena Komda Kipi Sulut bersama Dinkes Sulut sedang mengevaluasi pelaksanaan vaksinasi termasuk adanya efek samping yang dilaporkan," kata Nadia.
Baca juga: Sejumlah Warga di Ubud Sakit Kepala Hingga Lemas Seusai Vaksin Covid-19, Dinkes Sebut Artinya Nyusup
"Langkah hati-hati ini harus diambil mengingat adanya angka kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) sebesar 5-10 persen dari total yang divaksin AstraZeneca," jelasnya kepada wartawan, Sabtu.
Dikatakannya, KIPI ini hadir dalam bentuk gejala demam, menggigil, nyeri badan, nyeri tulang, mual dan muntah.
Dalam emergency use authorization (EUA) vaksin AstraZeneca, sebenarnya telah disebutkan bahwa KIPI ini adalah efek simpang (adverse effect) dari vaksin AstraZeneca yang sifatnya sangat sering terjadi (very common artinya 1 di antara 10 suntikan) dan sering terjadi (common -1 di antara 10 sd 1 diantara 100).
Tunda pengiriman vaksin
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihak Covax-GAVI selaku penyedia vaksin AstraZeneca untuk Indonesia memutuskan menunda pengiriman vaksin itu ke Tanah Air.
Penundaan yang dimaksud menyasar dua kali rencana pengiriman vaksin pada Maret dan April 2021 atau gelombang kedua dan ketiga.
"Jadwalnya kita dapat vaksin gratis dari Covax-GAVI sudah dapat kemarin vaksin AstraZeneca gratis 1,1 juta dosis. Selanjutnya rencananya akan datang lagi 2,5 juta pada 22 Maret dan 7,8 juta dosis pada April," ujar Budi dalam konferensi pers virtual pada Sabtu (27/3/2021) malam.
"Ternyata ini pending. Tertunda karena ada isu India embargo vaksin," lanjutnya.

Budi mengatakan, saat ini kasus Covid-19 di India sedang kembali naik sehingga otoritas setempat tidak mengizinkan vaksin keluar dari negaranya.
Budi menambahkan, pihak Covax-GAVI akan mengonfirmasi kembali pengiriman AstraZeneca setelah ditunda.
"Sebab AstraZeneca ini paling besar dibikin di India. Karena inilah, Covax-GAVI merealokasikan lagi pembagiannya. Sehingga mereka menunda pengiriman untuk Maret-April," lanjutnya.
Adapun Vaksin AstraZeneca mulai digunakan sejak Senin (22/3/2021) di sejumlah daerah di Jawa Timur.
Vaksin AstraZeneca telah disuntikkan ke Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Hasan Mutawakkil Alallah dan sejumlah ulama lain.
Ada enam provinsi lain yang menerima distribusi vaksin AstraZeneca. Keenamnya yakni DKI Jakarta, Bali, NTT, Kepulauan Riau, Maluku dan Sulawesi Utara.
(Kompas.com/Irfan Kamil/Deti Mega Purnamasari)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "1.492.002 Kasus Covid-19 di Indonesia, Pengiriman 10,3 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca Ditunda", "Kemenkes: Seluruh Efek Samping Vaksinasi AstraZeneca di Sulut Sudah Teratasi"