Berita Gianyar
Tak Hanya Akses Penghubung, Jembatan Tukad Pakerisan Gianyar Kini Dimanfaatkan untuk Berjualan
Kicauan burung bangau di aliran Sungai Pakerisan, menjadi penghibur dari atas jembatan penghubung Desa Pejeng Kelod, Tampaksiring dengan Desa Siangan
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kicauan burung bangau di aliran Sungai Pakerisan, menjadi penghibur dari atas jembatan penghubung Desa Pejeng Kelod, Tampaksiring dengan Desa Siangan Gianyar, Bali, Kamis 1 April 2021 pagi.
Jembatan yang pembangunannya rampung di awal tahun ini, bukan saja mempermudah akses masyarakat, tetapi juga dimanfaatkan warga untuk berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup pasca dirumahkan dari pekerjaan akibat pandemi covid-19.
Saat Tribun Bali mengunjungi kawasan ini, tampak sejumlah lapak dagangan berjejer rapi di kawasan pojokan jembatan.
Namun saat itu, warung-warung kecil tersebut masih tutup.
Sekitar seratus meter dari lapak-lapak terbuat dari terpal tersebut, terdapat sebuah lapak menyerupai gubuk kecil yang sedang melayani pembeli.
Baca juga: Wawancara Kepala DLH Gianyar Ni Made Mirnawati, Masalah Sampah Itu Urusan Bersama
Baca juga: Usulan Perbaikan Infrastruktur Masih Jadi Prioritas Musrenbang di Kecamatan Blahbatuh Gianyar
Lapak tersebut milik I Kadek Suyadnya asal Banjar Bandung, Desa Siangan.
Di sana, ia menjual nasi campur dengan harga Rp5.000, jajanan tradisional dan sebagainya.
"Kangyang bli, untuk mengisi waktu. Daripada bengong di rumah," ujarnya pada Tribun Bali.
Suyadnya mengatakan, dirinya berjualan sarapan pagi di areal yang disebut jembatan Tukad Pakerisan ini, sejak pandemi covid-19.
Di mana sebelumnya ia bekerja di sebuah hotel di Ubud.
Setiap harinya, ia berjualan di sana dari pagi hingga pukul 13.00 Wita.
"Astungkara, tiap hari habis," ujarnya.
Baca juga: Bendesa Belum Gajian 3 Bulan, Pemkab Gianyar Tak Punya Uang untuk Bayar
Baca juga: Disahkan 2015, Penerapan Sanksi Rp25 Juta untuk Gepeng dan Pemberi Uang di Gianyar Belum Diterapkan
Pria berkacamata tersebut mengakui keberadaan Jembatan Pakerisan ini, sangat bermanfaat untuk dirinya.
Sebab, sejak jembatan ini dibangun, masyarakat yang lewat relatif banyak.
Ditambah suasana pagi yang sejuk, dengan sungai yang terjaga kebersihannya, banyak pengguna jalan yang meluangkan waktunya untuk berhenti mengabadikan momen.
Sebagai pedagang kecil, iapun kecipratan rejeki.
"Kalau untung sih tidak banyak, yang penting cukup untuk makan saja," ujarnya.
Terkait kebersihan kawasan Tukad Pakerisan ini, Suyadnya mengatakan telah dilindungi oleh perarem atau hukum adat.
Di mana ketika ada yang kedapatan membuang sampah ke sungai, bisa langsung dilaporkan ke pihak adat, dan langsung dikenakan sanksi.
"Sekarang tidak ada yang berani buang sampah ke sini, karena ada sanksi adat. Masyarakat juga sudah sadar pada kebersihan," ujarnya.
Baca juga: Semangat Terapkan PPKM Mikro, Desa Mas Ubud Gianyar Capai Zero Case Covid-19
Berdasarkan catatan Tribun Bali, Pemkab Gianyar membangun jembatan tersebut dengan anggaran Rp11 miliar lebih.
Sebelum dibangun, masyarakat biasanya nekat menerobos sungai untuk menyebrang.
Hal itu dilakukan saat air surut.
Sementara ketika debit air besar, mereka memanfaatkan jembatan selebar satu meter, yang sebenarnya untuk akses pejalan kaki di atas bendungan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Gianyar, Wayan Karya mengatakan, dengan adanya jembatan ini, selain memudahkan aksebilitas, juga bisa mengembangkan objek wisata di Kabupaten Gianyar.
Sebab di kawasan ini, terdapat banyak objek wisata yang belum tersentuh.
"Mudah-mudahan pariwisata kembali normal, dan manfaat jembatan ini akan semakin terlihat. Yakni untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Gianyar," ujarnya. (*)
Berita lainnya di Berita Gianyar