Berita Gianyar

Siswa SMPN 1 Ubud Gianyar Meninggal Mendadak, Tidak Punya Riwayat Penyakit Serius

Dewa Gede Juli Artawan (16) mengalami sakit kepala berat saat menunggu jam pembelajaran tatap muka

Dok. Istimewa
DUKA mendalam teman sanggar Dewa Juli, siswa SMP di Ubud yang meninggal mendadak. Semula sempat mengeluh sakit kepala berat hingga disebut serangan jantung - Siswa SMPN 1 Ubud Gianyar Meninggal Mendadak, Tidak Punya Riwayat Penyakit Serius 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Seorang siswa kelas tiga SMPN 1 Ubud, Gianyar, Dewa Gede Juli Artawan (16) mengalami sakit kepala berat saat menunggu jam pembelajaran tatap muka, Kamis 1 April 2021 pagi.

Dia meninggal dalam perjalanan ke Puskesmas Ubud I yang tak jauh dari sekolahnya.

Semasa hidupnya, mendiang dikenal sebagai seniman berbakat, yang menguasai segala jenis instrumen gamelan Bali.

Saat Tribun Bali menyambangi kediaman mendiang di Banjar Dukuh Griya, Desa Pejeng Kawan, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Jumat 2 April 2021, sejumlah krama tengah mempersiapkan upakara untuk pemakaman mendiang yang berlangsung pada sore hari.

Baca juga: Kronologi dan Penyebab Siswa SMP di Gianyar Bali Meninggal Mendadak, Alami Infark Miokard

Baca juga: UPDATE: Sebelum Meninggal Mendadak, Dewa Juli Sempat Minta Bunga Cempaka dan Titipkan Pesan Ini

Baca juga: BREAKING NEWS: Siswa SMPN 1 Ubud Meninggal Mendadak, Sakit Kepala Berat Saat Menunggu Jam Belajar

Orangtua mendiang, Dewa Putu Gede Artana saat ditemui terlihat masih terpukul atas meninggalnya anak pertama dari dua bersaudara itu.

Terlebih lagi, kata Dewa Artana, selama ini anaknya tersebut tidak memiliki riwayat penyakit apapun.

Bahkan, saat berangkat sekolah sekalipun, mendiang tidak ada mengeluhkan apapun.

"Tidak pernah sakit keras. Sehat, jalan sekolah itu sehat. Saya sampai saat ini tidak tahu sakit apa yang menyebabkan anak saya meninggal," ujarnya.

Pria yang bekerja di sebuah hotel di Ubud ini menceritakan kronologis sebelum anaknya meninggal.

Saat ia mengantar anaknya ke sekolah, saat itu ia langsung pulang.

Namun begitu tiba di rumah, dan belum sempat menaruh helm, anaknya tersebut langsung menelepon, mengatakan dirinya mengalami sakit kepala, dan minta dijemput untuk pulang.

"Saat saya antar ke sekolah, baru sampai ke sekolah, saya pulang. Saya sampai di rumah belum sempat lepas helm. Dapat telepon dari anak saya bilang sakit kepala. Disuruh jemput," ujarnya.

Sesampainya di depan sekolah, ia mengabarkan pada anaknya, berharap mendatanginya ke depan sekolah.

Namun mendiang mengatakan ia tidak sanggup berjalan, dan meminta agar dicari ke atas.

Seperti diketahui, atas tempat parkir di depan sekolah untuk menuju sekolah, siswa atau orangtua harus menaiki tangga yang relatif tinggi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved