Berita Karangasem
Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah di Tegal Bengkak Karangasem Bali Kembali Mendapat Penolakan
Rencana Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karangasem untuk membangun teempat pengolahan sampah kembali dapat penolakan dari warga.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Rencana Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Karangasem untuk membangun teempat pengolahan sampah kembali dapat penolakan dari warga.
Hal itu diungkapkan Kepala DLH Karangasem, I Gede Ngurah Yudiantara ditemui di Kantor Bupati, Seenin 5 April 2021.
Pejabat asal Kelurahan Karangasem menjelaskan, Dinas Lingkungaan Hidup rencana membangun tempat pengolahan sampah di Banjar Tegal Bengkak, Desa Buana Giri, Kec. Bebandem.
Dikarenakan adanya parerem (peraturan), akhirnya rencana pembangunan tempat pengolahan gagal
"Di Tegal Bengkak ada aturan tidak boleh mengalihfungsikan lahan selain perkebunan. Makanya kita urungkan niat untuk bangun tempat pengolahan sampah disana. Kita tak ingin berurusan dengan masyarakat," ungkap Ngurah Yudiantara, mantan Kadis Komunikasi & Informasi Kab. Krangasem.
Ditambahkan, rencana pembangunan tempat pengolahan sampah akan dialihkan ke Banjar Butus, Desa Bhuana Giri.
• Terkait Rencana DLH Karangasem Bangun Tempat Pengolahan Sampah Tak Dapat Respons Positif dari Warga
• Bupati Gianyar Resmikan Dimulainya Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah di Desa Bedulu
Rencana ini akan segera dibicarakan dengan pimpinan dan warga sekitar.
Daerah ini dipilih agar proses pengangkutan sampah saat pengolahannya lebih mudah serta cepat.
Mantan Kadis Koperasi dan UMKM menjelaskan, tempat pengolahan sampah bertujuan untuk atasi dampak dari penumpukan sampah di TPA Butus serta Linggasana.
Mengingat tumpukan sampah di Butus dan Linggasana sudah penuh, sehingga perlu pengolahan yang efektif lewat teknologi.
"Selama ini kita telah berupaya melakukan pengolahan sampah dengan penyemprotan teknologi Eco Enzyme, serta dengan cara lain lagi. Tetapi upaya itu belum maksimal. Alat yang rencananya digunakan untuk pengolahan sampah sudah terbukti," akui Dodek, sapaan Ngurah Yudiantara.
Sampah yang ada di TPA Butus & Lingasana akan diolah mengunakan alat teknologi Jerman. Pengolahan sampah melalui waste to energy.
Sampah diolah jadi bahan bakar refused derived fuel (RDF) / solid recovered fuel (SRF) yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar pencampur batubara PLTU.
"Alatnya dari Jerman. Orang hanya mengambil sampahnya saja untuk diolah menjadi energi. Makanya kita akan berusaha mencari tempat pengolahan sampah dan dekat dengan ke 2 TPA,"tambahnya.
Tempat pengolahan sampah nanti mampu mengolah sampah 200 ton sampah setiap harinya.
"Setelah tempat pengolahan sampah berdiri, nantinya kita bangun depo disetiap Kecamatan untuk diolah menjadi bahan bakar. Yang mengangkut sampahnya dari pihak mereka. Dinas hanya memfasilitasi," ungkap Gede Yudiantara.
Pihaknya berharap, semoga prosesnya berjalan lancar.