Berita Bangli

69 Siswa Bangli Bali Putus Sekolah Selama Tahun 2020

“Dari lima tahun tyang menjabat sebagai kepala sekolah, tiap tahun pasti ada yang putus sekolah. Kebanyakan alasannya karena broken home."

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/Fredey Mercury
Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikpora Kabupaten Bangli, I Wayan Gede Wirajaya 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Puluhan siswa di Kabupaten Bangli tercatat putus sekolah sepanjang tahun 2020.

Berdasarkan data yang dihimpun, kebanyakan siswa dropout (DO) berada di jenjang SMP.

Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikpora Kabupaten Bangli, I Wayan Gede Wirajaya menyebutkan, jumlah siswa putus sekolah jenjang SMP sepanjang tahun 2020 tercatat sebanyak 52 orang.

Kebanyakan berasal dari wilayah Kintamani, yakni 37 orang.

“Dari Kecamatan Tembuku tercatat sebanyak enam orang, Kecamatan Bangli lima orang, dan dua orang dari Kecamatan Susut. Sementara SD tercatat sebanyak 17 orang,” jelasnya Rabu 7 April 2021.

Terkait Pencurian di Sekolah, Disdikpora Bangli Akui Belum Bisa Angkat Tenaga Penjaga Sekolah

Anak Putus Sekolah di Klungkung Mencapai 206 Orang, Tertinggi di Nusa Penida

64 Siswa di Karangasem Putus Sekolah Selama Pandemi Covid-19

Wirajaya tak tahu secara pasti apa alasan siswa putus sekolah.

Sebab dalam laporan dari masing-masing sekolah, tidak dilampirkan mengenai alasan siswa berhenti sekolah.

Kendati demikian, berdasarkan pengalaman dirinya selama lima tahun menjabat Kepala Sekolah SMPN 7 Kintamani, rata-rata alasan siswa putus sekolah karena permasalahan keluarga.

“Dari lima tahun tyang menjabat sebagai kepala sekolah, tiap tahun pasti ada yang putus sekolah. Kebanyakan alasannya karena broken home. Orang tuanya berpisah, sehingga anak tinggal bersama neneknya. Kondisi ini yang menyebabkan siswa malas berangkat sekolah,” ungkapnya.

Sementara alasan ekonomi, Wirajaya mengatakan belum pernah menemuinya.

Sebab tidak ada biaya tambahan saat memasuki kelas VIII atau IX.

Begitupun dengan alasan berhenti sekolah karena pandemi covid-19, juga tidak ada.

Wirajaya menegaskan sejatinya pihak sekolah sudah berupaya agar siswa tidak sampai DO.

Mulai dari guru mata pelajaran yang mendatangi rumah siswa, jika sampai tiga kali tidak mengikuti pelajaran.

“Kan ada kemungkinan anak tidak suka mata pelajaran tertentu, atau siswa tidak menyukai gurunya. Sehingga guru mata pelajarannya menjajaki kediaman siswa untuk mencari tahu persoalan yang terjadi,” jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved