Berita Karangasem

Masjid Di Atas Awan di Karangasem, Masjid Tertinggi di Bali

Di kawasan Pegunungan Seraya di Dusun Bukit Tabuan bagian atas, berdiri sebuah masjid kecil yang dijuluki masjid di atas awan.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Saiful Rohim
Tampak depan Masjid Al Ikhlas yang sering disebut Masjid di Atas Awan di Dusun Bukit Tabuan, Desa Bukit, Kecamatan/Kab. Karangasem, Minggu 18 April 2021. Masjid yang cikal bakalnya ada sejak abad ke-19 ini berdiri di lokasi dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Di kawasan Pegunungan Seraya di Dusun Bukit Tabuan bagian atas, Desa Bukit, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, Bali, berdiri sebuah masjid kecil yang dijuluki masjid di atas awan.

Berukuran sekitar 9 x 13 meter termasuk lahan parkirnya, bangunan dan arsitektur masjid ini tampak sederhana, bahkan terkesan minimalis.

Bentuknya terkesan menyerupai candi.

Sedangkan di sisi-sisi masjid dihiasi aneka bunga dan pohon-pohon perindang.

Masjid yang berada di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu sesungguhnya bernama Masjid Al Ikhlas.

Namun, orang luar Dusun Bukit Tabuan menyebutnya sebagai masjid di atas awan.

Bahkan bisa jadi Masjid Al Ikhlas ini merupakan masjid tertinggi di Bali, karena lokasinya pada 1.200 mdpl itu.

Baca juga: Sejarah Masjid As-Syuhada Kampung Bugis Serangan Dan Jejak Kedatangan Warga Bugis di Bali

Mengapa dijuluki masjid di atas awan?

Menurut penuturan Kepala Dusun Bukit Tabuan, Mahyoden, karena letak masjid yang berada di ketinggian, tepatnya pada punggung Pegunungan Seraya, maka kabut dan gumpalan awan cukup sering muncul justru di bawah lokasi masjid,

Pemandangan awan berada di bawah ketinggian lokasi masjid itu cukup sering terlihat pada sore hari saat langit cerah.

“Jadi, dari masjid kita melihat awan berada di bawahnya,” kata Mahyoden ketika ditemui Tribun Bali, Minggu 18 April 2021 kemarin di Dusun Bukit Tabuan.

Dusun Bukit Tabuan yang masuk wilayah Desa Bukit dihuni sekitar 150 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 400-an jiwa.

Ada kisahnya mengapa mayoritas penduduk di sana adalah muslim.

Pada sekitar abad ke-17, Raja Karangasem saat itu melakukan ekspansi wilayah hingga ke Pulau Lombok. Kala itu, raja membawa sekian penduduk Lombok ke Karangasem untuk membantu kerajaan.

Di Karangasem, penduduk Lombok itu diberi tempat bermukim, salah-satunya di wilayah Dusun Bukit Tabuan saat ini.

Menurut penuturan kisah yang diketahui Mahyoden, pada masa itu di antara warga Lombok yang bermukim di Dusun Bukit Tabuan masih ada yang melakukan ritual Wetu Telu, yakni semacam salat tiga waktu.

“Masjid ini berdiri untuk salat lima waktu,” kata Mahyoden.

Dari lokasi masjid, pengunjung bisa melihat pemandangan indah Kota Amlapura, ibukota Kabupaten Karangasem.

Baca juga: Dibatasi Hanya 50 Persen, Jamaah yang Datang ke Masjid Agung Palapa Badung Baru 40 Persen

Selain itu juga bisa dilihat hamparan lautan biru Selat Lombok, perairan sekitar Nusa Penida dan juga daratan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Bahkan, pada malam hari yang tidak mendung atau langit cerah, dari ketinggian lokasi masjid terlihat cahaya lampu menara Islamic Centre, Kota Mataram, ibukota Provinsi NTB, serta cahaya penerangan di Pulau Nusa Penida.

Jarak Masjid Al Ikhlas dengan kota Amlapura sekitar 15 kilometer. Kondisi jalan bagus, karena dilapisi hotmix.

Namun demikian, pengguna kendaraan harus berhati-hati, karena medan menuju ke masjid dari Amlapura menanjak dan berliku.

Lebar jalan sekirar 3 meter, sedangkan samping kanan dan kiri jalan adalah tebing curam.

Mahyoden mengungkapkan, masjid di atas awan ini  berdiri pada abad ke-19.

Namun, Mahyoden tidak mengetahui kapan tahun persisnya masjid itu berdiri.   

Bangunan masjid awalnya sederhana.

Baca juga: Masjid Baitul Makmur Denpasar Bagi-bagi Bubur Ramadhan Ala Malaysia dan Singapura Saat Berbuka Puasa

Atap dan dindingnya disusun dari material seadanya, sebagian kayu dan sisanya tembok.

Pada tahun 2008, masjid menjalani renovasi.

Proses renovasi berjalan cukup lama, yakni dua tahun, kendati bangunan masjid yang digarap sederhana saja.

Lamanya waktu renovasi itu, karena kondisi jalan di sana saat itu masih apa adanya, sehingga tidak mungkin bagi kendaraan untuk mengangkut material bangunan hingga ke lokasi masjid.

Yang mengusulkan renovasi masjid adalah warga Dusun Bukit Tabuan bagian atas, yang membutuhkan tempat untuk salat berjamaah.

"Renovasi dilakukan secara gotong royong. Warga mengangkut material dari bawah (wilayah Seraya) menuju atas. Jaraknya lumayan, sekitar dua kilometer. Proses renovasi butuh waktu dua tahunan, dari tahun 2008 sampai 2010. Semua warga bersemangat membantu mengangkut material bangunan,"jelas Mahyoden.

Ditambahkan Mahyoden, pada bulan Ramadhan ini, selain untuk salat lima waktu, masjid Al Ikhlas juga digunakan untuk salat tarawih.

Namun demikian, untuk salat Jumat, warga Dusun Bukit Tabuan bagian atas ikut berjamaah di masjid induk yang berada di Dusun Bukit Tabuan bawah.

Dari penelusuran informasi oleh Tribun Bali, disebutkan bahwa masjid ini bahkan sudah dikenal di luar negeri.

Terutama oleh para relawan pemantau migrasi burung elang.

Pada masa tertentu dalam setahun, burung-burung elang bermigrasi menuju Australia, dan singgah di kawasan pegunungan Bukit Tabuan.

Karena itu, tidak sedikit relawan pemantau burung elang dari luar negeri mendatangi Bukit Tabuan.

Yang muslim kemudian mampir ke masjid Al Ikhlas.

Mereka antara lain berasal dari Brunei, Singapura, Malaysia, Mesir, India, Pakistan, Bangladesh bahkan juga Afrika Selatan.

Para tamu muslim yang berkunjung ke Bukit rata-rata juga ingin “mencicipi” salat di masjid Al Ikhlas.

“Pemandangan alam terlihat indah jika disaksikan dari masjid ini,” kata Gilang Ramadhan, seorang warga Karangasem yang kebetulan mengunjungi masjid kemarin.

Para pengunjung lokal pada umumnya tertarik ke sana karena view atau pemandangan alam terlihat indah dari ketinggian masjid, dan cocok untuk berswafoto atau selfie.
Pada Ramadan, warga sekitar biasanya melakukan ngabuburit atau menunggu saat berbuka puasa dengan berkegiatan di masjid. (*)

Berita Terkait Berita Karangasem

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved