Serba serbi

Dipercaya Kembalinya Para Dewa ke Surga, Berikut yang Harus Dipersembahkan Saat Kuningan

Pada wuku Kuningan, yakni hari Minggu Wage Kuningan dinamakan dengan ulihan. Dipercaya kembalinya para dewa ke surga. 

Tribun Bali/Ida Ayu Made Sadnyari
Nasi kuning pada banten untuk Hari Raya Kuningan 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pada wuku Kuningan, yakni hari Minggu Wage Kuningan dinamakan dengan ulihan.

Dipercaya kembalinya para dewa ke surga. 

"Intinya adalah pada hari itu, para dewa meninggalkan sumber kehidupan (amerta) untuk memberkati mahluk terutama manusia agar panjang umur," jelas Jero Mangku Ketut Maliarsa, Selasa 20 April 2021. 

Kemudian setelahnya, pada Senin Kliwon Kuningan adalah Pemacekan Agung.

Filosofinya untuk mengusir para bhuta kala, terutama Sang Bhuta Galungan beserta bala pasukannya. 

Baca juga: Harga Daging Ayam di Bangli Bali Naik Jadi Rp 45 Ribu Per Kilo, Dinas Sebut Bertahan Hingga Kuningan

Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Hari Raya Kuningan

Pada Rabu Paing Kuningan, merupakan hari suci pemujaan Bhatara Wisnu.

Sesajen-nya antara lain, sedah apon putih hijau 28 buah, tumpeng hitam, lauk daging ayam hitam beserta perlengkapan lainnya. 

Seperti bunga dan lain-lain yang dipersembahkan di paibon.

"Lalu pada Jumat Wage Kuningan dinamakan Penampahan Kuningan," sebut pemangku asal Bon Dalem ini. 

Baca juga: 10 Ekor Babi Milik Dek Lodek Hilang Dicuri Saat Hendak Dijual Saat Hari Raya Galungan-Kuningan

Baca juga: Jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, Permintaan Daging Babi di Jembrana Bali Menurun

Sama layaknya penampahan Galungan, umat wajib membuat sesajen untuk upacara dan mengekang pikiran ke arah keheningan dan kesucian.

Lalu pada Sabtu Kliwon Kuningan, para dewa turun lagi ke dunia bersama roh para leluhur. 

Karena itu, umat wajib menyucikan diri lahir batin. Dan membuat sesajen, antara lain nasi sulanggi, tebog, jajan dan buah-buahan seperlunya, pasucian, canang wangi-wangi beserta perlengkapannya, gantungan tamiang, caniga untuk dipasang di tepi-tepi atap bangunan. 

"Menurut lontar Sundarigama, pada hari Kuningan umat tidak diperkenankan mempersembahkan sesajen lewat tengah hari," katanya.

Baca juga: Hari Raya Galungan-Kuningan, Ketua DPRD Buleleng Ingatkan Protokol Kesehatan

Sesajen itu wajib dipersembahkan pada pagi hari. Sebab setelah tengah hari, para dewa telah pulang kembali ke surga.

Adapun sesajen untuk keselamatan manusia, kata dia, terdiri atas sesayut, prayascita, penek kuning,lauk daging itik putih, panyeneng, tatebus. Maknanya adalah untuk mengheningkan pikiran agar suci dan bersih. 

"Jangan berhenti melakukan semadi, pada hari Kuningan. Umat patut menyuguhkan segehan agung satu tanding di halaman rumah," sebutnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved