Berita Denpasar
Kronologi Prajuru Desa Adat Kesiman Sidak dan Hentikan Aktivitas Ashram Sri Krishna Balarama Mandir
Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna bersama jajarannya dan elemen masyarakat melakukan sidak langsung ke lokasi.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
"Jadi kalau sudah sampai di sana, maka diputuskan apa yang harus dilakukan karena masuk wewidangan wilayah adat Kesiman," imbuhnya.
Karena secara hukum pasal 18b Pergub No. 4 Tahun 2019, terkait dengan desa adat jelas dan awig-awig juga jelas, dasar hukum positif itu dipakai adat untuk bergerak.
Namun ia berharap proses ini tidak sampai ke kerta desa.
"Kalau masuk ke kerta desa, jelas tindakannya sudah berbeda karena terkait masyarakat adat kami. Beda penanganannya. Tanggung jawab bersama dan sangat riskan," katanya. Karena kaitannya dengan 31 banjar adat di desa adat.
"Kalau sampai ada penolakan, tentu ada gejolak. Jangan sampailah. Makanya kami justru akan menangani dengan prajuru dulu. Karena banyak pengaduan dari masyarakat kami," ucapnya.
Jangan sampai ajarannya berbeda, tetapi malah mendompleng Hindu Bali.
Kemudian upacara juga beda.
"Ini yang digarisbawahi dan jauh menyimpang dari dresta desa adat kami. Yang kami permasalahkan adalah aktivitasnya. Aktivitas ashram dengan mendatangkan orang lalu melakukan pelatihan, doktrin, doa, dan lainnya," tegas Bendesa Adat Kesiman ini. Untuk itu, ia juga meminta agar banyak orang yang di sana agar kembali ke wilayahnya masing-masing.
Pasca Sidak Ashram Sepi
Tribun Bali pun coba mendatangi Ashram Sri Khrisna Balarama Mandir, di wilayah Padang Galak, Denpasar, Senin 19 April 2021.
Suasana ashram yang berada di sebuah gang itu, tampak sepi. Hanya beberapa orang di dalam yang sedang menyapu.
I Wayan Ropen, asal Buleleng kemudian datang menghampiri. Ia mengatakan, akan memanggil satu diantara pengurus yang berwenang memberi statement ke media. Sekitar 20 menit kemudian, Tribun Bali berkesempatan mengobrol dengan Humas Ashram Sri Krishna Balarama Mandir, Wayan Suasta.
Wayan Ropen mengaku biasanya masuk ke ashram saat ia sudah selesai bekerja.
"Saya kenal guru di sini sudah 30 tahunan, dan memang tujuan saya ke sini mencari ketenangan," kata ayah dua anak ini.
Wayan Suasta, dengan pakaian serba putih menghampiri sembari mencakupkan tangan dan memberi salam.
Wajahnya tampak gusar, namun tetap berusaha tetap tenang.
Meladeni media hingga pihak kepolisian yang datang silih berganti.
Suasta mengatakan, bahwa tak banyak yang ia bisa bagi ke media. Sebab semuanya masih dalam tahap pembicaraan bersama. Sampai nanti didapatkan keputusan yang final.
"Kami mohon maaf, belum bisa memberikan keterangan apapun," tegasnya.
Intinya, secara garis besar bahwa ashram itu adalah tempat belajar bakti yoga. Dan setelahnya yang datang pulang ke rumah masing-masing. Istilahnya adalah pendalaman spiritual agama.
"Ketika pulang kembali, mereka mengikuti adat istiadat setempat," jelasnya.(*)
Artikel lainnya di Berita Denpasar