Serba Serbi
Kuningan Sebentar Lagi, Tetap Tegakkan Dharma
Saat Kuningan ini, umat Hindu tetap wajib menegakkan Dharma dan melakukan hal-hal yang tidak menyimpang dari ajaran Dharma itu.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sabtu, 24 April 2021, adalah hari raya Kuningan.
Tepat Saniscara Kliwon Kuningan. Umat Hindu memuliakan Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya.
Saat Kuningan ini, umat Hindu tetap wajib menegakkan Dharma dan melakukan hal-hal yang tidak menyimpang dari ajaran Dharma itu.
"Sebab kemenangan Dharma melawan Adharma, tidak saja ditegakkan saat perayaan Galungan," sebut Jero Mangku Ketut Maliarsa, kepada Tribun Bali, Kamis 22 April 2021.
Baca juga: Panjang Umur, Hemat dan Teliti Bagi yang Lahir Kamis Pon Kuningan
Baca juga: Dipercaya Kembalinya Para Dewa ke Surga, Berikut yang Harus Dipersembahkan Saat Kuningan
Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Hari Raya Kuningan
Tetapi kebenaran yang utama juga diteruskan untuk ditegakkan pada saat perayaan Kuningan.
Dan seterusnya pada kehidupan sehari-hari umat manusia.
Sementara itu, kata dia, saat Kuningan umat Hindu mempersembahkan sesajen berupa banten tebog, yang berisi hidangan makanan berwarna kuning.
"Ini sebagai wujud Bhakti yang hening dan suci," katanya.
Jejahitan juga berwarna kuning, dengan tujuan dan maksud memperoleh dasar suci, hening, dan kemakmuran.
"Sehingga warna kuning memiliki filosofi sebagai simbol kemakmuran hidup," katanya.
Ada pula banten selanggi yang bermakna rasa Bhakti umat dan penghormatan kepada Tuhan.
Termasuk semua manifestasi beliau, bhatara-bhatari, dewa-dewi hingga pitara.
Sementara untuk perayaan Kuningan yang dilakukan pagi hari, adalah sebagai salah satu wujud rasa bhakti yang tulus ikhlas.
Di saat masih dalam kondisi segar, suci, tenang dan damai, segar karena sinar matahari baru membuka mata dan masih tenang belum terik. Sebab kepercayaan umat Hindu.