Kapal Selam Hilang Kontak

Asrena Kasal dan Danseskoal Ungkap Adanya Dugaan KRI Nanggala-402 Tenggelam Akibat Arus Bawah Laut

"Masalah faktor alam ini tentunya pada saat kapal selam di permukaan mungkin hampir sama dengan faktor alam yang dialami kapal atas air.

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Wema Satya Dinata
dok TNI AL
Gambar dari kamera kapal MV Swift Rescue, ditangkap di kedalaman 838m, menunjukkan bagian lambung dari kapal selam yang tenggelam. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN BALI.COM, JAKARTA - KRI Nanggala-402 mengalami fase sub-miss hingga fase sub-sunk di utara perairan Bali dan sebanyak 53 awak yang onboard dinyatakan gugur serta kapal selam terbagi menjadi tiga bagian diduga karena faktor alam.

Hal itu disampaikan Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal, Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, dan Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Danseskoal) Laksamana Muda, TNI Iwan Isnurwanto, Selasa 27 April 2021 dalam konferensi pers di Jakarta.

"Masalah faktor alam ini tentunya pada saat kapal selam di permukaan mungkin hampir sama dengan faktor alam yang dialami kapal atas air. Tapi pada saat kapal selam menyelam mungkin yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut," ujar Asrena Kasal Laksda TNI Muhammad Ali.

Faktor arus bawah laut ini di beberapa tempat berbeda tergantung kondisinya, tapi biasanya seorang awak kapal selam sebelum beroperasi dia melihat buku panduan yang menyampaikan bahwa kondisi daerah tersebut seperti apa.

Baca juga: Status Kapal Selam KRI Nanggala 402 On Eternal Patrol, Berpatroli dalam Keabadian

Baik itu kondisi faktor oceanografi (permukaan) maupun hidrografi (bawah laut) dan ada juga internal solitaire wave atau arus bawah laut.

Berdasarkan beberapa pakar dan ahli oceanografi menyatakan arus bawah laut yang cukup kuat, yang bisa menarik secara vertikal.

"Jadi jatuhnya kapal ke bawah itu lebih cepat dari umumnya atau daripada biasanya. Nah ini yang harus diwaspadai.

Biasanya kita kalau mewaspadai itu pasti pakai pendorongan yang lebih daripada biasanya.

Kita gunakan kecepatan yang lebih, kita harus siap untuk sewaktu-waktu menghembuskan tangki tahan tekan, tangki darurat seperti yang tadi diceritakan Danseskoal," jelas Asrena Kasal yang juga mantan Komandan KRI Nanggala-402.

Diakui pengalaman beberapa kali mengalami ini, seperti KRI Nanggala-402 pernah, KRI Cakra juga pernah, kapal lain juga mungkin pernah.

Kapal ini menjadi lebih berat dari seharusnya dan jatuh (karena terkena arus bawah laut), tapi bisa diatasi ini dengan pendorongan ataupun dengan menghembuskan tangki tahan tekan atau dengan emergency blow istilahnya.

"Bisa kita semua menghembuskan semua TPP atau tangki pemberat pokok atau balash tank yang ada di kapal. Itu untuk membuat kapal ini menjadi lebih ringan, itu cara-cara penanganannya," tambah Asrena Kasal.

Cara penanganan itu pun dilatihkan kepada semua awak kapal selam saat kita berlayar bagaimana peran-peran kedaruratan, seperti bagaimana seorang perwira jaga kapal itu bisa mengatasi kedaruratan seperti dalam kondisi kapal jatuh, kemudi macet, kemudi darurat, terjadi kebakaran ataupun terjadi kebocoran.

"Itu kita latihkan secara rutin. Rutin selalu kita latihkan. Jadi itu pengalaman-pengalaman kami dan alhamdulillah selama ini memang tidak pernah sampai fatal. Kita selalu bisa mengatasi kedaruratan-kedaruratan itu," imbuhnya.

Baca juga: Ini Kisah Mistis Laut Bali Utara, Kawasan Tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved