Kapal Selam Hilang Kontak
Asrena Kasal dan Danseskoal Ungkap Adanya Dugaan KRI Nanggala-402 Tenggelam Akibat Arus Bawah Laut
"Masalah faktor alam ini tentunya pada saat kapal selam di permukaan mungkin hampir sama dengan faktor alam yang dialami kapal atas air.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Wema Satya Dinata
Kemungkinan arus bawah laut cukup tinggi dan melebihi batas kedalaman, KRI Nanggala-402 tenggelam dan retak terbelah menjadi tiga bagian.
"Bisa jadi seperti itu, ini masih dalam penyelidikan. Dan penyelidikan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan kita akan mengundang pakar-pakar kapal selam, bahkan tidak hanya pakar dari dalam negeri mungkin juga pakar dari luar negeri," tambah Asrena Kasal.
Danseskoal, Laksda TNI Iwan Isnurwanto menambahkan untuk menjadi awak kapal selam tidak mudah langsung mengawaki.
Mereka semua akan menerima seluruh teori-teori yang ada, sampai dengan bagaimana kita mengatasi kedaruratan.
"Yang paling fatal pun kita sudah tahu bagaimana caranya. Sehingga bahasa kasarnya itu sebodoh-bodohnya kapal selam tapi dia tahu bagaimana cara menyelematkan. Anggaplah kalau kita di dalam ada permasalahan, maka tadi itu tangki pemberat pokok dihembuskan, kemudian tangki tahan tekan dihembuskan agar kapal bisa naik. Itu semua mereka tahu dimana tempat-tempatnya untuk menghembuskan," papar Danseskoal Laksda TNI Iwan.
Mengenai internal wave, itu memang disana (bawah air) ada perbedaan densiti air antara di bawahnya Lombok dengan di Utara nya Bali.
Kedalaman di bawahnya Bali itu kurang lebih ribuan meter, sedangkan di Selat Lombok itu 200 sampai 400 meter sedangkan di Utara nya sampai 800 meter kedalamannya.
"Kenapa kok internal wave? Karena tadi itu, ada gerakan yang sangat massif perbedaan densiti yang dari berat ke ringan ini mengakibatkan ombak yang begitu besar. Tetapi ingat ini di dalam, internal wave. Menurut Himawari-8 Jepang dan juga Citinel Eropa pada tanggal tersebut, tanggal 21 April 2021 disitulah terjadi menurut satelitnya terjadi adanya internal wave yang bergerak dari bawah ke Utara," jelasnya.
"Palung nya ini antara gunung dengan gunungnya ini gelombangnya ini kurang lebih 2 nautical mile, dan berapa untuk dayanya? Kurang lebih sekitar 2 juta sampai 4 juta liter untuk airnya. Jadi kalau saat itu menyelam 13 meter kemudian di gunungnya dia terbawa, maka dia otomatis terbawa langsung turun tidak bisa diselamatkan oleh yang lain-lainnya. Tidak bisa, tidak sempat karena tidak mampu untuk melawan alam ini," sambung Danseskoal Laksda TNI Iwan.
Lebih lanjut disampaikan kalau terkena internal wave, maka itu adalah keadaan alam kalau sudah terbawa dalam arus apa yang bisa dilakukan, ia menyebut tidak ada yang mampu untuk menggunakan daya keselamatan apapun.
Baca juga: Kapal Selam K-8 Kebakaran di Kedalaman 120 Meter, Awaknya Sempat Keluar dan Kemudian Masuk Lagi
"Ingat dayanya adalah 2 juta sampai dengan 4 juta kubik, mampukah untuk melawan itu? Mampukah? Inilah kemungkinan besar bahwa terjadinya seperti demikian," tambahnya.
Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono mengatakan dari yang disampaikan Asrena dan Danseskoal bahwa segala sesuatu mungkin terjadi.
"Faktor alam? Mungkin, karena belum ditemukan (penyebab pastinya karena kapal belum diangkat). Faktor blackout? Mungkin. Yang jelas bahwa kapal itu siap berlayar, bahkan seminggu sebelumnya sudah melaksanakan latihan penembakan torpedo kepala latihan," kata Wakasal.
Diberitakan sebelumnya, seluruh personel awak KRI Nanggala-402 telah dinyatakan tenggelam/subsunk pada tanggal 24 April 2021 sore hari.
Dengan kesedihan yang mendalam, TNI sampaikan bahwa 53 personel yang onboard KRI Nanggala-402 telah gugur.