Kapal Selam Hilang Kontak

Temukan Hydrophone dan Visual Torpedo, Evakuasi KRI Nanggala-402 Terus Dilakukan

Upaya proses evakuasi KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali masih dilakukan

pixabay
Ilustrasi kapal selam - Temukan Hydrophone dan Visual Torpedo, Evakuasi KRI Nanggala-402 Terus Dilakukan 

"Jadi jatuhnya kapal ke bawah itu lebih cepat dari umumnya atau daripada biasanya. Nah ini yang harus diwaspadai. Biasanya kita kalau mewaspadai itu pasti pakai pendorongan yang lebih daripada biasanya. Kita gunakan kecepatan yang lebih. Kita harus siap untuk sewaktu-waktu mengembuskan tangki tahan tekan, tangki darurat seperti yang tadi diceritakan Danseskoal," jelas Asrena Kasal yang juga mantan Komandan KRI Nanggala-402.

Pihaknya mengaku memiliki pengalaman beberapa kali mengalami ini, seperti KRI Nanggala-402 pernah, KRI Cakra juga pernah, kapal lain juga mungkin pernah.

Kapal ini menjadi lebih berat dari seharusnya dan jatuh (karena terkena arus bawah laut), tapi bisa diatasi dengan pendorongan ataupun dengan mengembuskan tangki tahan tekan atau dengan emergency blow istilahnya.

Baca juga: Kapal Selam KRI Nanggala-402 Laik Berlayar dan Bertempur Sebelum Hilang Kontak

"Bisa kita semua mengembuskan semua TPP atau tangki pemberat pokok atau balash tank yang ada di kapal. Itu untuk membuat kapal ini menjadi lebih ringan, itu cara-cara penanganannya," kata M Ali.

Cara penanganan itu pun dilatihkan kepada semua awak kapal selam saat berlayar bagaimana peran-peran kedaruratan, seperti bagaimana seorang perwira jaga kapal itu bisa mengatasi kedaruratan seperti dalam kondisi kapal jatuh, kemudi macet, kemudi darurat, terjadi kebakaran ataupun terjadi kebocoran.

"Itu kita latihkan secara rutin. Rutin selalu kita latihkan. Jadi itu pengalaman-pengalaman kami dan alhamdulillah selama ini memang tidak pernah sampai fatal. Kita selalu bisa mengatasi kedaruratan-kedaruratan itu," imbuhnya.

Kemungkinan arus bawah laut cukup tinggi dan melebihi batas kedalaman, KRI Nanggala-402 tenggelam dan retak terbelah menjadi tiga bagian.

Baca juga: Asrena KASAL Tegaskan KRI Nanggala-402 Tidak Kelebihan Muatan dan Penumpang

"Bisa jadi seperti itu, ini masih dalam penyelidikan. Dan penyelidikan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Dan kita akan mengundang pakar-pakar kapal selam, bahkan tidak hanya pakar dari dalam negeri, mungkin juga pakar dari luar negeri," katanya.

Danseskoal, Laksda TNI Iwan Isnurwanto menambahkan untuk menjadi awak kapal selam tidak mudah langsung mengawaki.

Mereka semua akan menerima seluruh teori-teori yang ada, sampai dengan bagaimana kita mengatasi kedaruratan.

"Yang paling fatal pun kita sudah tahu bagaimana caranya. Sehingga bahasa kasarnya itu sebodoh-bodohnya kapal selam, tapi dia tahu bagaimana cara menyelematkan. Anggaplah kalau kita di dalam ada permasalahan, maka tadi itu tangki pemberat pokok diembuskan, kemudian tangki tahan tekan diembuskan agar kapal bisa naik. Itu semua mereka tahu di mana tempat-tempatnya untuk mengembuskan," papar Danseskoal Laksda TNI Iwan.

Mengenai internal wave, itu memang di sana (bawah air) ada perbedaan densiti air antara di bawahnya Lombok dengan di utaranya Bali.

Kedalaman di bawahnya Bali itu kurang lebih ribuan meter, sedangkan di Selat Lombok itu 200 sampai 400 meter, sedangkan di utaranya kedalamannya sampai 800 meter.

"Kenapa kok internal wave? Karena tadi itu, ada gerakan yang sangat massif perbedaan densiti yang dari berat ke ringan ini mengakibatkan ombak yang begitu besar. Tetapi ingat ini di dalam, internal wave. Menurut Himawari-8 Jepang dan juga Citinel Eropa pada tanggal tersebut, tanggal 21 April 2021 di situlah terjadi menurut satelitnya terjadi adanya internal wave yang bergerak dari bawah ke utara," jelasnya.

"Palungnya ini antara gunung dengan gunungnya ini gelombangnya ini kurang lebih 2 nautical mile, dan berapa untuk dayanya? Kurang lebih sekitar 2 juta sampai 4 juta liter untuk airnya. Jadi kalau saat itu menyelam 13 meter kemudian di gunungnya dia terbawa, maka dia otomatis terbawa langsung turun tidak bisa diselamatkan oleh yang lain-lainnya. Tidak bisa, tidak sempat karena tidak mampu melawan alam ini," kata Iwan. (*).

Kumpulan Artikel Kapal Selam

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved