Berita Bali

PDDI Bali Hidupkan Kembali Lentera Donor Darah Terapi Plasma Konvalesen

PD PDDI daerah Bali kembali melaksanakan kegiatan sosialnya, dengan merajut kasih bersama 61 orang pendonor plasma konvalesen

Istimewa
Tali kasih PDDI Bali yang diadakan, Kamis 29 April 2021 - PDDI Bali Hidupkan Kembali Lentera Donor Darah Terapi Plasma Konvalesen 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pengurus Daerah Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PD PDDI) daerah Bali kembali melaksanakan kegiatan sosialnya, dengan merajut kasih bersama 61 orang pendonor plasma konvalesen, yang melakukan "Terapi Plasma Konvalesen" (TPK) berupa pemberian sertifikat penghargaan dan sembako jumbo, bertempat di wantilan Bali TV, Jalan Kebo Iwa no.63 Denpasar, Kamis 29 April 2021.

Dalam acara ini, turut hadir, Ibu Owner Bali TV, Anak Agung Sri Utari Satria Naradha, Donatur atau Kontributor Beras Bali, Maria Wijaya, perwakilan UTD PMI Bali, dr.Chandra Indriasari dan utusan perwakilan Piramida Meditasi, Ida Bagus Gde Widnyana.

"PPDI Bali, pada hari ini, (29 April 2021), melakukan kegiatan sosial dengan memanggil saudara kita yang terpapar Covid-19, yang tergabung dalam TPK, yang hari ini berjumlah 61 orang. Tujuan besar kami adalah memberikan sebuah penghargaan kepada mereka sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasihnya. Besar harapan kami, akan menghidupkan kembali Lentera Donor Darah, bagi mereka yang terpapar Covid-19, untuk bersedia menjadi pendonor aktif, walaupun itu hanya terbatas selama 3 bulan," ungkap Ketua PD PDDI Bali, Ketut Pringgantara.

Lebih lanjut, Ketua PDDI daerah Bali, Ketut Pringgantara, didampingi Sekjen PDDI Bali, I Wayan Gede Suardana dan Dr. Ir. Gede Suarta,M.Si., menyatakan bahwa nilai lebih atau value dari donor TPK adalah "Mereka yang telah sembuh Covid-19 dan berjuang dari rasa sakit, yang kemudian setelah sembuh serta tidak menerima apapun dari pendonor yang lainnya, selanjutnya, mereka ini bisa berdonor," kata Ketut Pringgantara.

Baca juga: Pengusaha di Bali Tetap Bayar THR, Walau Terpuruk Akibat Pandemi Covid-19

"Jadi, mereka sakit, mereka disembuhkan oleh rasa sakit itu, dengan kekuatan nilai value, yang ada di dalam dirinya, kemudian mereka dapat menyumbangkan darahnya, ini kelebihannya. Jadi, nilai plusnya ada disitu," ujarnya.

"Namun demikian, mereka yang sudah menerima plasma konvalesen ini tidak bisa berdonasi darah, karena, donor plasma konvalesen ini, hanya sekali, dalam hidupnya, ketika bisa memberikan darah mereka, yang telah terkena Covid-19,"

"Yang telah terpapar Covid-19 dan telah menerima donasi darah, Terapi Plasma Konvalesen ini, dia tidak bisa berdonasi, karena prosesnya cukup panjang. Imun tubuhya terbatas hingga 3 bulan," lanjutnya.

Ditanya apakah donor TPK bisa sebagai obat Covid-19, Ketut Pringgantara mengatakan, bahwa selama ini, satu hal yang perlu digaungkan bersama adalah belum ada obat Covid-19,

“Karena para dokter sedang meneliti, kemudian beberapa sahabat di seluruh dunia beserta para dokter di beberapa Negara, sedang berjuang, untuk mencari obatnya. Namun, sampai detik ini, dan hari ini, belum ada obatnya. Obat yang paling utama adalah melalui TPK ini," ungkapnya.

Selanjutnya, Ketut Pringgantara mendorong agar melalui kegiatan merajut kasih ini bisa membangun karakter yang kuat.

Menurutnya, melalui donor TPK, pastinya akan menjadikan donor plasma konvalesen adalah ‘Sesuatu Banget’, karena hanya sekali dalam hidupnya dan terbatas usianya sampai 3 bulan.

Ditambahkannya, setelah 3 bulan, mereka tidak memiliki imun tubuh yang kuat, untuk mereka berdonasi.

Baca juga: Sulit Penuhi Syarat Donor Plasma, Puluhan Personel Kodim 1619/Tabanan Belum Lulus Syarat

“Oleh karena itu, diperlukan edukasi yang kuat, sehingga PDDI tampil terdepan ke masyarakat, memberikan semacam pemahaman kepada masyarakat, agar tumbuh informasi yang kuat, yang selanjutnya disampaikan ke seluruh pendonor TPK, agar tujuan besarnya adalah dapat membantu mereka dengan menyembuhkannya lewat darah," tuturnya.

"Setelah kami turun, PDDI turun ke masyarakat, kami datang dari satu pintu ke pintu, kami ajak mereka bergandengan tangan, mereka merasa dihormati. Mereka merasa sangat dihargai. Mereka terketuk hatinya, selanjutnya, mereka mendaftarkan diri, untuk datang ke UTD Provinsi Bali, karena alatnya hanya ada di UTD Provinsi Bali. Dari alat itu, diambil sekitar 600-700 CC, yang dibagikan kepada mereka yang satu orang menggunakan 2-3 kantong darah," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved