Berita Bali

KISAH Ketut Wiku, Guru Kontrak yang Nyambi Jualan Baju Online, Gaji Sebulan Hanya Cukup untuk Makan

KISAH Ketut Wiku, Guru Kontrak yang Nyambi Jualan Baju Online, Gaji Sebulan Hanya Cukup untuk Makan

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Widyartha Suryawan
Dok. Istimewa
Usaha sampingan jualan baju second online milik Ketut Wiku, seorang guru Bahasa Bali di SMPN 3 Tabanan. 

Tak jarang, penghasilan dari usaha sampingan ini bisa lebih besar dari penggasilan yang ia terima menjadi guru dalam sebulan.

"Astungkara usaha sampingan ini masih tetap bisa berjalan sampai saat ini. Semoga saja kedepannya bisa tetapenopang biaya hidup ini," ujar lulusan IHDN Denpasar itu.

Apakah tidak tertarik mengikuti seleksi CPNS atau seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)?

Pria kelahiran Jembrana 7 April 1992 ini mengaku sudah dua kali mengikuti seleksi CPNS dan tidak lulus.

Sekitar dua hari lalu, ia pun mendaftar PPPK dan berharap bisa menjadi salah satu yang lolos. 

"Sudah pernah dua lali ikut (CPNS) tapi belum lulus. Semoga dengan dibukannya seleksi PPPK ini nantinya bisa berhasil," harapnya. 

Ia berharap adanya pemerataan gaji guru berstatus kontrak di Bali. Sebab, selama ini masih terjadi ketimpangan gaji di satu daerah dengan daerah lainnya berdasarkan pendapatan daerah bersangkutan. 

Dia mencontohkan, gaji guru kontrak di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar sudah diatas Rp2.5 Juta sebulan, sedangkan di Tabanan mendapat kurang dari separuhnya.

"Kita sadar mungkin Tabanan pendapatannya tidak sebanyak Badung dan Denpasar. Sehingga yang kita harapkan daerah lainnya selain Badung dan Denpasar bisa diberikan pemerataan agar tidak terlalu jauh ketimpangannya. Karena kita ketahui tugas seorang guru sangatlah berat di saat ini. Jadi ini perlu dicarikan solusi oleh pemerintah Tabanan dan Bali," harapnya.

Lebih Baik Pembelajaran Tatap Muka 
Ketut Wiku Budi Laksana menceritakan, selama masa pandemi covid-19, proses pembelajaran dinilainya kurang maksimal.

Salah satu faktornya adalah dukungan orang tua. Tak jarang orang tua yang bersikap cuek dengan anaknya ketika mendapat tugas dari guru kelasnya secara online.

Misalnya ketika guru menyampaikan soal tugas ke WhatsApp Group (WAG), orang tua justru tak menyampaikannya ke anaknya (siswa).

Sehingga, siswa tersebut tak mengetahui dan tak membuat tugas serta mengumpul tugas hingga tenggat waktu yang sudah disepakati.

"Jika gadget rata-rata siswa sudah semua punya. Tapi terkadang gadgetnya dipegang orang tuanya. Sehingga ketika orang tua tak menyampaikannya ke anak, praktis anak tersebut tak mengetahuinya dan tak mengumpul tugas," ungkapnya. 

Faktor lain yang menjadi penyebab siswa tak mengumpul tugas adalah pergaulan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved