Serba Serbi
Otonan di Bali, Berikut Tata Cara Prosesi Otonan yang Baik dan Benar
Masyarakat Hindu Bali, mengenal yang namanya otonan sesuai dengan wewaran hari kelahiran masing-masing orang.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Masyarakat Hindu Bali, mengenal yang namanya otonan sesuai dengan wewaran hari kelahiran masing-masing orang.
Namun bagaimana tata cara ngotonin yang baik dan benar.
Berikut ulasan yang dijelaskan oleh Jero Mangku Ketut Maliarsa.
Untuk bebantenan atau sarana upakara, tidaklah sulit atau rumit. Sebab yadnya di Bali sifatnya fleksibel.
Walau ada yang menggunakan banten seperti tumpeng lima atau tumpeng tiga, namun jika tidak bisa tidak perlu dipaksakan.
• Bagi Umat Hindu Bali, Otonan Lebih Penting daripada Ulang Tahun, Apa Sebabnya?
• Otonan Saat Tumpek Wayang, Ini Maknanya Dalam Hindu Bali
• Otonan di Bali, Makna dan Rentetan Prosesinya
Cukup dengan canang sari dan niat yang tulus saja bisa.
Namun jika ingin lebih lengkap, berikut penjelasan banten dengan tumpang lima dan tumpeng tiga.
Apabila menggunakan tumpang lima, sarananya adalah pengambean, dapetan, peras, pejati, sasayut, dan segehan.
Dilengkapi dengan sarana lain, yaitu bija, dupa, toya anyar, tirta panglukatan, dan tirta Hyang Guru.
Untuk tahapannya, sebelum memulai menghaturkan banten. Ibu dari yang meotonan yang melakukannya.
"Sang ibu ngayab banten ini kehadapan Sang Hyang Atma," ujarnya kepada Tribun Bali, Selasa 11 Mei 2021.
Sebagai pertanda bahwa ini adalah hari lahir Sang Hyang Atma menjelma menjadi manusia di bumi.
Setelah itu, dilanjutkan dengan menghaturkan segehan di bawah bale atau tempat sang anak meoton.
Gunanya, memohon kepada Sang Hyang Bhuta Kala, agar semua prosesi berjalan lancar dan sang anak terbebas dari marabahaya.