Serba Serbi
Otonan di Bali, Berikut Tata Cara Prosesi Otonan yang Baik dan Benar
Masyarakat Hindu Bali, mengenal yang namanya otonan sesuai dengan wewaran hari kelahiran masing-masing orang.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
Kemudian ritual otonan dapat dimulai. Pertama-tama, dilakukan prosesi mesapuh-sapuh.
Yakni mengusap telapak tangan kanan anak dengan Buu.
"Nah ini dimulai dengan tangan kanan, lalu ke tangan kiri," ucapnya.
Tatkala melakukan ini, biasanya dibarengi dengan sesontengan.
'Ne cening jani mesapuh-sapuh, apang ilang dakin liman ceninge, apang kedas cening ngisiang urip'.
Artinya agar segala kekotoran di tangan sang anak hilang.
Dan tangannya bersih, sehingga memegang kehidupan dengan tangan bersih.
Lalu dilanjutkan dengan mengusapkan toya anyar tadi.
• Hari Ini Tumpek Kandang, Otonan Para Binatang, Upakaranya Sama dengan Otonan Manusia
• Artis Bali Kadek Devi Tengah Hamil Anak Ketiga Hingga Prosesi Otonan Putra Kembarnya Jadi Sorotan
"Mesapuh-sapuh ini tujuannya adalah menghilangkan mala atau leteh pada badan kasar yang bersangkutan (anak meoton)," kata pemangku asli Bon Dalem ini.
Setelah itu, dilanjutkan dengan matepung tawar. Yang diusapkan di kedua tangan yang meoton dengan juga berisi daun dapdap.
Pada proses ini pun, ada sesontengan yang diucapkan oleh sang ibu. Yaitu, 'jani cening masegau, suba leh liman ceninge. Melah-melah ngembel rahayu'.
Artinya tangan yang sudah bersih, diharapkan memegang segala kerahayuan dengan baik. Setelah itu, sang ibu menyipratkan tirta panglukatan. Ini bermakna menyucikan dan menetralisir kembali Sang Hyang Atma.
Dengan harapan jiwa yang bersangkutan, senantiasa tetap suci, baik, dan dalam genggaman keselamatan sekala niskala. Prosesi selanjutnya adalah matetebus.
Sang ibu akan mengambil dua helai benang berwarna putih. Helai pertama diletakkan di kepala yang meoton.
Dan ada pula yang di telinga. Selanjutnya benang yang agak panjang, dililitkan layaknya gelang ke pergelangan tangan si anak. Di sini pula ada sesontengannya.