Serba Serbi

Memahami Sancita Karmaphala, Hasil Perbuatan Dahulu Dinikmati Sekarang, Ini Penjelasan Sulinggih

"Konsep karmaphala, dalam Hindu Bali adalah konsep sradha atau keyakinan umat Hindu. Sebab dalam keyakinan Panca Sradha dikenal tentang karmaphala,"

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti 

Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, kali ini menjelaskan ihwal konsep karmaphala.

Konsep yang sangat erat dan dipercayai, umat Hindu bahkan umat manusia secara umum.

Sebagai hasil perbuatan yang harus dibayar oleh manusia itu sendiri.

"Konsep karmaphala, dalam Hindu Bali adalah konsep sradha atau keyakinan umat Hindu. Sebab dalam keyakinan Panca Sradha dikenal tentang karmaphala," ucap Ida kepada Tribun Bali, Kamis 13 Mei 2021.

Baca juga: Karmaphala Dalam Hindu Bali, Ini Penjelasan Sulinggih

Keyakinan umat Hindu, adalah Brahman. Yaitu artinya percaya kepada Sang Pencipta, atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemudian kedua adalah atman. Percaya kepada roh, karena setiap makhluk yang ada dan yang diciptakan oleh Tuhan memiliki roh. Kemudian percaya dengan adanya karmaphala.

Karma adalah perbuatan, phala adalah hasil.

"Suatu perbuatan yang pasti akan mendapatkan hasil," tegas beliau.

Sedangkan yang keempat adalah punarbhawa, yakni manusia akan kembali lahir kembali sesuai dengan karmanya yang disebut dengan numitis.

"Oleh sebab itu agama Hindu percaya kepada konsep reinkarnasi," kata pensiunan dosen Unhi ini.

Kemudian kepercayaan terakhir adalah moksa, atau bersatunya roh dengan Tuhan.

Sehingga tujuan utama umat Hindu, adalah mendapatkan kebahagiaan baik dalam dunia ini maupun di dalam sorga nanti.

Oleh sebab itu, di dalam ajaran agama Hindu akan memacu diri untuk mencari dan bisa mencapai itu.

Dasar utamanya adalah karma karena hidup di dunia ini tergantung kepada karma. Sehingga jangan pernah pesimis atau dendam, iri dan benci dengan keadaan atau orang lain.

Sebab setiap orang sedang menikmati, atau menerima karmanya masing-masing.

Semua yang diterima di dunia ini, adalah hasil perbuatan setiap orang di dalam hidupnya.

Baca juga: Ini Makna Tilem Jyesta yang Datang Setiap Setahun Sekali dalam Hindu Bali

"Bahkan untuk menuju moksa pun, adalah dari hasil karma kita sendiri," tegas beliau.

Untuk itu, sangat disarankan agar umat melakukan karma yang baik agar mendapat kebahagiaan lahir batin, dunia akhirat.

"Sebab karmaphala ini sifatnya berjalan terus, selama dunia ini ada," jelas Ida.

Karmaphala pun dibagi tiga bagian. Diantaranya, Sancita karmaphala atau hasil perbuatan yang dilakukan terdahulu namun hasilnya baru dinikmati kemudian. Semisal seseorang dahulu berbuat jahat, maka kini hidupnya tidak baik.

Sebab dalam konsep Hindu Bali, kata ida, memercayai konsep reinkarnasi.

"Makanya kita mengenal karma pada waktu hidup dulu, dan belum dimiliki pada waktu itu. Maka dia akan menikmati hasilnya pada kehidupan selanjutnya," jelas beliau.

Oleh sebab itu, kata ida, jangan merasa sekarang berbuat baik namun hidup masih susah.

Bisa jadi hal tersebut karena masih menikmati karmaphala di masa lalu.

Begitu juga orang yang jahat, namun hidupnya selalu baik. Karena ia sedang menikmati karma baiknya di kehidupan lalu atau lampau.

Sebab hukumnya jelas, perbuatan baik hasilnya pasti baik. Demikian sebaliknya. Hanya saja waktunya yang berbeda-beda.

Baca juga: Mengenal Perkawinan Menurut Hindu Bali, Minimal Harus Mabyakala: Mapadik, Ngerorod, hingga Nyentana

"Oleh sebab itu, manusia harus tetap membuat karma yang baik sehingga mampu menuju konsep moksa, konsep kebahagiaan itu sendiri," sebut ida rsi.

Kemudian ada Prarabda karmaphala, yakni  suatu karma atau perbuatan yang dilakukan pada periode itu dan hasilnya akan diterima periode itu juga.

Layaknya memakan cabai, rasa pedasnya akan langsung terasa. Sehingga pada saat ini orang melakukan kejahatan, dan ia menerima hasil perbuatannya saat ini juga.

Seperti koruptor yang tertangkap tangan. Atau penjahat yang tertangkap polisi.

Konsep selanjutnya, adalah Kriyamana karmaphala. Yaitu perbuatan yang dilakukan saat ini namun akan dinikmati di masa depan.

"Oleh sebab itulah jangan kita merasa bahwa karmaphala tidak jalan. Karena apa kelakuan yang kita lakukan sekarang belum diproses. Tetapi diterima nanti," kata ida.

Sehingga manusia disebut mahluk paling sempurna, karena dilengkapi akal sehat dan pikiran.

Untuk membedakan mana yang baik dan buruk.

 Untuk bisa dihindari, demi menjauhi karma buruk. Sebab perbuatan apapun akan kembali ke diri sendiri, baik dahulu, kini dan nanti.

Sehingga walau telah berbuat baik, namun hasilnya belum ada. Harus tetap optimistis bahwa hasil itu pasti akan datang. (*)

Artikel lainnya di Serba Serbi

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved