Wawancara Tokoh
Wawancara Eksklusif Ali Imron: Kami dan Keluarga Korban Bom Bali Sepakat Kampanyekan Perdamaian
Terpidana kasus Bom Bali, Ali Imron, tengah giat mengkampanyekan deradikalisasi. Ali kini tergabung dengan Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP).
Mereka kena pasal teroris itu yang tahu Densus 88. Undang-undang tentang terorisme itu sudah ada, kalau ditangkap tentunya sudah melakukan tindakan melanggar hukum. Dan itu wajar-wajar saja.
Menurut saya wajar-wajar saja. Begini. Teroris, kalau kita petakan, ada dua kelompok. Al-Qaeda, dan ISIS. Kedua kelompok ini selalu menunggu momen. Kesempatan.
Kalau orang normal yang diidamkan itu perdamaian, kalau teroris itu yang didambakan kerusuhan supaya terjadi peperangan. Senang sekali mereka kalau ada kelompok mengarah ke terorisme.
Masyarakat jangan sampai mancing-mancing, begitu juga kalau masih peduli NKRI harga mati, tolong hati-hati. Jangan melakukan orasi-orasi atau dakwah yang memberikan angin segar kepada para kelompok teroris.
Apa beda Al-Qaeda dan ISIS?
Perbedaan mendasarnya, kalau kami yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, tingkat pengkafiran itu tidak sedahsyat ISIS. Contoh kami bukan mengkafirkan yang sama dengan kami. Kami tidak menghalalkan semua yang bersebrangan dengan kita.
Begitu juga kami memahami bahwa kami orang-orang JI, yang afiliasi ke Al-Qaeda menghadapi seperti di Indonesia. TNI tidak boleh diserang, polisi tidak boleh diserang. Kami tidak seperti itu.
Dari ISIS, bukan seperti itu. Bahkan kami juga dikafirkan oleh ISIS, itu perbedaannya. Sikap-sikap atau pemahamannya. Itu yang saya ketahui.
Pernah bertemu Abu bakar Ba'asyir?
Pernah, tapi mereka membesuk kami di Polda, itu saja ketemu. Omong-omong biasa, tidak ada pembahasan yang mengarah pada hal-hal penting.
Biasa saja. Pada waktu itu saya nunggu ditegur beliau, sikap saya sama seperti Muklas, Imam Samudera. Saya diam saja waktu itu. Engga mungkin saya negur Ustaz Abu Bakar Ba'asyir.
Pernah ketemu Ketua JAD Abu Umar?
Belum pernah ketemu, katanya dia pernah besuk kami. Cuma kami engga ingat wajahnya seperti apa. Dia besuk ketika sama-sama di Polda. Saya engga ketemu kayaknya.
Pesan Ramadan?
Ini bulan suci Ramadan. Saya menjalani dipenjara 19 kali Ramadan. Sekali buron, jadi sudah 20 kali menjalani tidak di rumah.
Mari kita kembali lagi bahwa Islam itu rahmatan lil'alamin. Mari kita pikul kewajiban bahwa muslim sebagai rahmatan lil'alamin, kita harus mengutamakan itu.
Kepada kawan-kawan yang memiliki pemikiran jihadis, mari kita menyadari bahwa apa yang pernah saya dan kawan-kawan lakukan, itu adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap jihad.
Mari kita jadikan pelajaran. Peristiwa-peristiwa setelah bom Bali hingga saat ini. Mari kita kembalikan jihad sebagaimana perintah Allah pada Nabi Muhammad.
Kedua, khususnya bagi kawan-kawan yang bertujuan memiliki negara Islam, mari kita bersihkan. Bahwa tujuan itu jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang dilihat oleh orang bahwa bagaimana nanti ketika kita punya negara Islam.
Sebelum punya negara Islam saja sudah melakukan tindakan-tindakan anarkis, bagaimana setelah punya negara Islam.
Mari kedepankan Islam sebagai rahmatan lil'alamin. Kepada non-Islam, mari kita bersama-sama, jangan sampai ada memancing hal-hal yang mengarah pada kekerasan.
Orang normal yang didambakan perdamaian, orang teroris itu yang didambakan kerusuhan. Jadi jangan sampai ada yang memancing terjadinya kekerasan.
(tribun network/denis destryawan)