Berita Buleleng
BREAKING NEWS: Wayan Purna Tewas Akibat Dianiaya Anaknya di Buleleng, Sebelumnya Sempat Adu Mulut
Wayan Purna tewas akibat dihantam dengan menggunakan sebuah besi panjang diduga linggis, oleh anak pertamanya bernama I Gede D (50).
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Warga di Banjar Dinas Kayu Putih, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng dihebohkan dengan adanya kasus penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal dunia, Senin 17 Mei 2021 sore sekitar pukul 15.00 wita.
Wayan Purna (72) diduga tewas di tangan anak pertamanya.
Perbekel Desa Sanggalangit, Wayan Sudika dikonfirmasi melalui saluran telepon mengatakan, Wayan Purna tewas akibat dihantam dengan menggunakan sebuah besi panjang diduga linggis, oleh anak pertamanya bernama I Gede D (50).
Akibatnya, korban mengalami luka cukup parah pada bagian kepalanya.
Baca juga: Disbud Buleleng Identifikasi 40 Lontar, Bakal Dilakukan Digitalisasi Mulai Tahun 2022
Kasus penganiayaan ini terjadi di rumah milik korban.
Sebelum penganiayaan itu terjadi, korban dan pelaku sempat melayat ke rumah tetangganya, yang lokasinya tepat di sebelah rumah korban.
Disana, mereka berdua sempat meminum minuman keras.
Usai minum, korban dan pelaku kemudian pulang.
Setibanya di rumah, antara korban dan pelaku sempat berselisih paham, hingga terjadi adu mulut.
Saat bertengkar itu lah, pelaku diduga langsung menganiaya sang ayah, menggunakan sebuah besi, hingga akhirnya korban meninggal dunia di TKP.
Disinggung terkait masalah hingga menyebabkan korban dan pelaku bertengkar, Sudika mengaku tidak mengetahui.
Sebab hingga saat ini keluarga korban masih mengalami syok dan belum bisa memberikan keterangan.
Pasca dilakukan visum, jenazah korban kini telah disemayamkan di rumah duka.
Sementara terduga pelaku telah diamankan di Mapolsek Gerokgak.
"Korban dan anaknya ini memang sering berselisih paham dan adu mulut. Masalahnya apa, sampai sekarang saya belum tahu karena keluarganya belum bisa dimintai keterangan, masih syok. Puncaknya ya sepulang mereka dari melayat itu, sampai akhirnya terjadi penganiayaan," jelasnya.
Baca juga: Diduga Sopir Mengantuk, Mobil Rush Tabrak Warung di Temukus Buleleng
Dengan adanya kejadian ini, Sudika mengaku akan berkoordinasi dengan Kelian Desa Adat Sanggalangit untuk melaksanakan upacara pecaruan.
"Karena kejadian penganiayaan ini sampai mengeluarkan darah di pekarangan, tentu harus ada upacara seperti pecaruan. Saya masih berunding dulu dengan Kelian Adatnya," terangnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Buleleng