Wawancara Tokoh

WAWANCARA: Deck Sotto Inisiasi Layang-layang Expo, Begini Sepak Terjangnya Geluti Dunia Layangan

WAWANCARA: Deck Sotto Inisiasi UMKM Layang-layang Expo, Begini Sepak Terjangnya Geluti Dunia Layangan

Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Instagram Deck Sotto
Pegiat layang-layang dari Sanur, Denpasar, Kadek Suprapta Meranggi atau yang akrab disapa Deck Sotto menginisiasi event bertajuk UMKM Layang-layang Expo 2021 yang digelar 21 – 22 Mei 2021 di Segara The Seaside Bar and Resto, Pantai Segara Sanur. 

TRIBUN-BALI.COM - Pegiat layang-layang dari Sanur, Denpasar, Kadek Suprapta Meranggi atau yang akrab disapa Deck Sotto menginisiasi sebuah acara yang menarik bagi pegiat layang-layang ataupun Rare Angon.

Acara bertajuk UMKM Layang-layang Expo 2021 itu digelar 21 – 22 Mei 2021 di Segara The Seaside Bar and Resto, Pantai Segara Sanur.

Acara ini menghadirkan 40 orang pelaku UMKM layang-layang dari Denpasar, Gianyar, hingga Tabanan.

Selain Expo, acara ini juga diisi dengan diskusi yang menghadirkan pembicara yang ahli dalam dunia layang-layang di Bali.

Tribun Bali berkesempatan berbincang langsung terkait pelaksanaan Expo hingga sepak terjang Deck Sotto dalam dunia layang-layang di Denpasar.

Berikut hasil wawancaranya.

UMKM Layang-layang Expo 2021 ini merupakan sebuah ide segar dalam meramaikan iklim layang-layang di Bali saat pandemi Covid-19. Dari mana Bli mendapat ide untuk membuat acara ini?

Pastinya ini berawal dari pandemi Covid-19.

Sejak tahun 2020 lalu saya sudah pikirkan bagaimana agar bisa menambah bekal bagi pelaku UMKM layang-layang dan salah satunya dengan expo ini.

Harusnya ini sudah digelar Oktober November 2020, cuma saya tunda, karena waktu itu musim layangan sudah berakhir dan kurang greget dalam hal penjualan dan penyebaran informasi.

Sehingga saya tunggu hingga menjelang musim layangan 2021. Saya pikir bulan Mei ini memang tepat untuk mengenalkan kembali UMKM layang-layang. Salah satunya biar teman-teman ada bekal.

Ekspektasi saya bukan hanya di Bali saja, tapi bisa menjangkau pasar yang ada di luar pulau Bali.

Event UMKM Layang-Layang Expo 2021 di Pantai Segara Ayu Sanur, Denpasar, Sabtu 22 Mei 2021.
Suasana event UMKM Layang-Layang Expo 2021 di Pantai Segara Ayu Sanur, Denpasar, Sabtu 22 Mei 2021. (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Berapa pelaku UMKM layang-layang yang terlibat?

Terkurasi ada 40 UMKM layang-layang dari undagi tradisional, dari layangan celepuk konvensional hingga knockdown, kupu-kupu, janggan, ada juga yang jual bajunya, bantang (rangka), pepayasan yang masih menggunakan bahan tradisional  bahan kuningan, termasuk tapel, pengutik kita ikutkan.

Memang ada satu dua yang mundur karena berbenturan dengan upacara agama, tapi tidak masalah. Dan semua saya fasilitasi gratis, tidak bayar sepeserpun.

Teman-teman saya suport dari makanan dan minuman juga. Yang jadi masalah banyak netizen yang kurang cermat membaca postingan saya di Instagram sehingga mereka mengira masuk ke acara UMKM ini berbayar.

Kita bukan profit oriented. Dan karena situasi penuh ketidakpastian, jadi cukup Jumat Sabtu saja digelar, kalau Minggu pasti akan membeludak, membaur jadi satu, bisa jadi hal tidak nyaman.

Sebenarnya bagus untuk menjual tapi tidak nyaman dan kembali ke masalah protokol kesehatan juga.

Menggelar acara expo dengan gratis, bagaimana Bli bisa melakukannya?

Luar bisa, saya from zero to hero. Zero itu saya bermodalkan nol rupiah, hero semua orang menjadi pahlawan untuk mendukung event ini.

Saya bersyukur last minute didukung BPD untuk penyewaan dan sponsor lain pun ikut happy mendukung acara ini.

Dan ini betul-betul membantu sektor layangan agar ekonomi naik, dan BPD menawarkan sistem Qris yang jujur saya butuhkan, saya membutuhkan untuk mereka bisa menjual ke Jawa sampai Sumatera dan kita dapat teman-teman yang bisa mensponsori.

Bahkan Pak Rai Mantra mendonasikan sejumlah uangnya membantu UMKM layang-layang ini.

Kalau dukungan dari pemerintah bagaimana?

Dari pemerintah, kita undang Pak Wakil Gubernur dan sangat mensuport. Beliau minta agar mengadakan untuk tingkat provoinsi.

Sebenarnya ini tidak ada tingkat-tingkatan. Peserta berasal dari beberapa daerah se-Bali ada Tabanan, Gianyar, Denpasar, Nusa Dua hadir juga.

Apa UMKM ini digelar karena bli jengah tak bisa menggelar lomba layang-layang offline?

Tidak, saya tidak ada rasa jengah. Bahkan kemarin saya buat virtual festival layang-layang dan menjadi yang pertama di dunia.

Situasinya memang seperti itu. Banyak jalan menuju Roma, ini salah satunya.

Bagaimana Bli melihat pasar dari industri layang-layang saat ini?

Mungkin musim layangan itu bulan Oktober selesai di Bali, tapi akan mulai daerah atau negara lain seperti Australia, China, segala macam.

Ini market internasional harus dipenuhi, bukan hanya layangan tradisional kita yang dieksport, tapi masih ada layang-layang kreasi yang jauh lebih gampang dibuat dan dipaketkan. Bahkan layangan tradisional di Bali tidak berdasarkan musim.

Bisa ditanyakan kepada undagi layangan, mereka menerima pesanan banyak, bahkan sampai 2 tahun ke depan mereka penuh antara 15 sampai 20 layang-layang yang harus dikerjakan dan itu butuh waktu dua sampai tiga bulan untuk satu layang-layang itu dan berjalan terus.

Kenapa Bli tertarik pada layang-layang?

Dari lahir, dari keluarga memang sudah mendarah daging. Sama seperti seniman musik, lukis. Kalau saya layang-layang memang sudah turun temurun Sanur.

Goal yang ingin dicapai dari apa yang Bli lakukan terhadap layang-layang ini apa?

Kita sama-sama berjuang. Mungkin saya sedikit menjadi leader bagi teman-teman biar layang-layang ini menjadi industri kreatif dan mampu menghidupi banyak orang.

Jangan malu dengan layang-layang ini, karena layang-layang dasar dari teknologi, dari Graham Bell, dari Wright Bersaudara penemu pesawat terbang, bahkan Leonardo da Vinci.

Saya sering baca itu, dia pembuat dan seniman layang-layang hebat pada jamannya. Jadi jangan pernah malu, layang-layang itu menjadi akar dari teknologi yang kita gunakan sekarang.

Setelah expo ini, apa yang Bli rencanakan lagi?

Kita memberikan fasilitas secara gratis dan buatkan blue print ini dengan harapan acara ini bisa juga dilaksanakan oleh STT, sekaa teruna, juga yayasan yang ingin mengadakan UMKM serupa dengan ini.

Ibaratnya kalau dalam kolam air tenang kita buang batu beratnya 100 kg maka akan mendapatkan riak air luar biasa tapi sekejap.

Bagaimana kalau kita membuang batu 10 kg sebanyak 10 kali maka riaknya akan lebih panjang.

Apakah lomba virtual layang-layang akan digelar lagi?

Saya tidak tertarik lagi dan teman-teman tidak tertarik, malah kita menyebut sebagai lomba spiritual, jadi kita plesetkan.

Sasaran utama saya berdasarkan keinginan teman Rare Angon adalah sebuah lomba offline, itu sedang saya siapkan.

Di Jogja ada tanggal 23 ini, tapi saya tidak tahu endingnya nanti. Di Bali juga ada kemarin, Canggu atau Berawa dan harusnya tanggal 23 ini digelar tapi tidak dapat izin.

Saya tidak mau hal seperti itu terjadi. Sehingga persyaratannya sudah saya pikirkan matang, sekarang masih proses.

Kemarin pendekatan ke birokrasi dari UMKM ini dan beliau sudah melihat bagaimana dampaknya terhadap ekonomi.

Layangan Raksasa Nagaraja Dengan Panjang 250 Meter Berhasil Diterbangkan di Lapangan Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar Selatan, Minggu (23/7/2017).
Dok. Layangan Raksasa Nagaraja Dengan Panjang 250 Meter Berhasil Diterbangkan di Lapangan Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar Selatan, Minggu (23/7/2017). (Tribun Bali/Fauzan Al Jundi)

Kapan rencananya lomba offline ini digelar?

Seharusnya minggu ketiga bulan Juni, sebulan sekali sampai Oktober ada 5 lomba yang kita rencanakan. Cuma belum saatnya saya berbicara lebih, ya dan tidak itu tergantung pemerintah.

Tapi untuk detail dari pengajuan lomba offline sudah, misal satu sekaa maksimal 2 layangan, satu sekaa maksimum 10 anggota dan semua setor KTP sesuai kebutuhan CHSE yang pemerintah terapkan.

Kalau kita diijinkan offline, sudah bangga banget. Ya, apalagi dengan pencanangan Sanur sebagai green zone.

Dalam proposal itu juga saya menyebutkan Sanur, Padanggalak, dan Mertasari sebagai tempat penyelenggaraannya yang juga sebagai daerah green zone.

Seharusnya pemerintah yang buat aturan green zone juga mengerti bahwa masyarakat sudah divaksin, dan kalau itu persyaratannya, kita sudah melalui tahapan tersebut.

Bagaimana perhatian pemerintah terhadap layang-layang di Bali?

Pemerintah Bali harusnya mengerti bahwa layang-layang adalah bagian dari budaya Bali. Lucu saja kemarin bapak gubernur menerapkan hak cipta tarian dan gambelan tapi tidak memasukkan layang-layang ke dalamnya, dan jelas kita kecewa banget.

Bahkan layang-layang merupakan bagian dari tradisi dan akar budaya kita berhubungan dengan rare angon dan segala macam, mungkin itu dilupakan oleh beliau. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved