Serba Serbi
Sensasi Teriak dan Tertawa Lepas di Griya Beji Waterfall Badung
Suara teriakan memekik di area Griya Beji Waterfall. Membuat pengunjung atau pamedek kian penasaran.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Suara teriakan memekik di area Griya Beji Waterfall.
Membuat pengunjung atau pamedek kian penasaran dengan apa yang terjadi di area malukat itu.
Beragam keunikan tempat malukat di Bali, dengan sensasi yang luar biasa.
Satu diantaranya bisa didapatkan jika malukat ke Griya Beji Waterfall, Abiansemal, Badung, Bali.
Baca juga: Ibu dan Anak Tewas Terseret Arus, Malukat di Muara Segara Pantai Biaung Denpasar, Gelombang 3 Meter
Terletak di Desa Punggul, Abiansemal, lokasi malukat ini cukup mudah dicari.
Apalagi sudah tersebar di media sosial, dan telah ada di aplikasi maps.
Selain wisata spiritual, pengunjung yang datang bisa juga mengabadikan foto karena tempat ini memiliki banyak spot foto menarik.
Membawa dua pejati dan canang sari, pamedek yang datang akan melihat kotak dana punia.
Suasana pedesaan dengan hamparan sawah memberi kesejukan tersendiri.
Belum lagi setelah malukat, sensasi wisata spiritual kian seru untuk dijelajahi.
Tak perlu khawatir, karena sarana-prasarana di sana sangat lengkap.
Mulai dari loker dengan biaya Rp 10 ribu per kotak.
Kemudian ada pula dagang canang sari dan rarapan.
Toilet dan ruang ganti juga ada. Serta warung makan, tatkala pamedek merasa lapar dan dahaga.
Lokasi ini juga menerapkan protokol kesehatan, karena masih masa pandemi.
Caranya dengan membatasi pengunjung per kloter, agar ketika malukat tidak berdesak-desakan.
Nanda, seorang pengayah di sana menceritakan tata cara dan rentetan malukat di Griya Beji Waterfall.
Begitu menuruni anak tangga, pamedek akan melihat palinggih di sebelah kiri, diantaranya adalah palinggih Ratu Niang Sakti.
Kemudian di sana pamedek meletakkan pejati atau canang sarinya.
Kemudian menunggu arahan pemangku atau petugas untuk sembahyang.
"Pamedek bisa menyiapkan pejati dua tanding, canang sari 15 tanding, ditambah lekesan dan rarapan," sebutnya kepada Tribun Bali, Kamis 27 Mei 2021.
Lekesan dan rarapan pun bisa dibeli di lokasi, jika pamedek belum sempat membawanya saat tangkil.
Namun sebelum turun ke lokasi, banten dan pamedeknya akan diperciki tirta panglukatan di pintu masuk.
"Setelah sembahyang belum menerima tirta, karena pamedek akan malukat terlebih dahulu," jelasnya.
Uniknya malukat diawali dengan masuk ke goa.
Di mana ada tetesan air terjun, beratapkan langit biru.
Dinding gua cukup tinggi di kanan dan kiri.
Tentunya didahului dengan menghaturkan canang 3 buah, baru meminta panglukatan di sana.
Di dalam goa ada sumber mata air dari tebing, yang dinamai Tirta Sunia.
Di sana airnya diminum sebanyak 7 kali.
Baca juga: Kisah Pancoran Solas Bangli, Pasiraman Dalem Dimade, Tempat Minta Keturunan dan Kesembuhan
Di sini pamedek bisa memohon jodoh dan anak atau keturunan.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke area Bulakan Tirta Sudamala, tepat berada di luar pintu masuk goa tadi.
Di lokasi ini, pamedek bisa memohon rezeki dan sebagainya agar dilancarkan.
Pamedek akan disiram tiga kali, dengan air dari sumber mata air kemudian minum tiga kali juga.
"Kalau menaikkan jabatan bisa di sana berdoa kepada beliau, atau anak sekolah yang ingin lancar selama belajar di sekolah juga bisa," katanya.
Setelah itu, pamedek menuju ke dua air terjun kembar.
Air terjun ini sangat indah dan cukup tinggi.
Membuat sensasi malukat kian asyik dan seru.
Nah di air terjun inilah, pamedek nantinya akan teriak sekencang-kencangnya sebanyak tiga kali.
Untuk melepaskan energi negatif di dalam diri.
Baik amarah maupun kesedihan juga dihilangkan.
Sehingga mampu membersihkan diri dan menenangkan pikiran.
"Air terjun sebelah selatan atau kiri fungsinya mengeluarkan aura negatif, seperti rasa dendam, amarah, dan benci," tegas Nanda.
Kemudian air terjun di sebelah kanannya, berfungsi menyerap aura positif.
Sehingga di air terjun sebelah ini pamedek disuruh tertawa terbahak-bahak atau bergembira.
"Air terjun datangnya dari timur untuk menarik aura positif," sebutnya.
Pamedek di sini memohon anugerah kehadapan Ida Bhatari Gangga.
Kedua sumber air terjun ini adalah air campuhan.
Beruntungnya di sini banyak ada guide yang bisa membantu pamedek, agar tidak kesasar atau salah rentetan malukat.
Setelah prosesi di air terjun kembar selesai, pamedek naik ke atas untuk malukat di kolam dengan dua sumber mata air pedanda lanang dan pedanda istri.
Di sana air pancoran disiramkan ke ubun-ubun 11 kali, lalu disiram ke tengkuk belakang leher sebanyak 11 kali.
Lanjut kumur tiga kali dan minum sebanyak 7 kali.
"Di kolam ini, pamedek meminta anugerah baik itu kesembuhan, kesejahteraan, atau bahkan keturunan. Agar diberkahi dan dikabulkan berbagai harapannya," jelasnya.
Lalu setelahnya pamedek naik ke atas, dan meminta tirta dari Ida Bhatari Ratu Niang Sakti.
Sungkem tiga kali dan memakai bija serta gelang tridatu di pergelangan tangan kanan.
Baca juga: Hari Raya Saraswati, Esok Masyarakat Diminta Tak Melukat ke Pantai
Sebagai lambang dukungan dari Tri Murti, yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa.
"Selesai sungkem pamedek nunas pamor, dicolek dengan jempol kanan dan ditaruh di antara alias, sisanya di leher belakang" jelasnya.
Agar memiliki ingatan kuat dan selalu ingat Ida Sang Hyang Widhi Wasa. (*).
Kumpulan Artikel Bali