Berita Bali

Memaknai Tumpek Krulut: Gambelan, Kasih Sayang, hingga Pemujaan Kepada Bhatara Iswara

Memaknai Tumpek Krulut: Gambelan, Kasih Sayang, hingga Pemujaan Kepada Bhatara Iswara

Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali / I Wayan Erwin Widyaswara
Ilustrasi - Anak-anak memainkan Gender Wayang - Memaknai Tumpek Krulut: Gambelan, Kasih Sayang, hingga Pemujaan Kepada Bhatara Iswara 

Nada suara ini merupakan perwujudan Panca Brahma (Sang, Bang, Tang, Ang, Ing).

Di mana nada-nada tersebut merupakan perwujudan dari Bhatara Iswara, Brahma, Mahadewa, Wisnu, dan Siwa.

Dalam gambelan kita harus mampu memadukan irama kaja-kelod, kangin-kauh, kemudian semuanya bertemu di tengah-tengah dalam bentuk cakra atau swastika (kesatuan yang indah).

Maka dari itu, setiap orang yang akan melakukan aktivitas atau prawerti/mapekerti, yang dalam bahasa Bali disebut nyolahang dewek harus diiringi oleh gambelan (cinta kasih).

Artinya, ketika anda memulai melakukan sesuatu, lakukanlah dengan ikhlas dan penuh cinta kasih.

Karena itu, Tumpek Krulut bukanlah hari untuk gambelan Bali semata.

Tetapi juga semua alat yang menghasilkan bunyi.

Bahkan alat musim modern seperti gitar sekalipun harus diperlakukan sama. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved