Virus Corona
Terdeteksi di 80 Negara, Covid-19 Varian Delta Disebut Memiliki Gejala yang Berbeda
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Covid-19 varian delta telah terdeteksi di lebih dari 80 negara dan terus bermutasi saat menyebar
Menurutnya, gejala Covid-19 yang sebelumnya dianggap sering terjadi seperti batuk dan kehilangan penciuman justru lebih jarang terjadi pada orang yang terinfeksi varian delta.
Sementara pada pasien yang lebih muda, gejala Covid-19 yang paling dominan adalah pilek atau perasaan tidak enak badan.
Menjadi perhatian seluruh dunia
Varian delta sedang menjadi perhatian di seluruh dunia karena varian ini dapat dengan mudah menyebar dan menyebabkan kasus yang lebih parah jika dibandingkan dengan varian lain, termasuk varian B.1.1.7 (alpha).
Mantan komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Dr Scott Gottlieb mengatakan bahwa varian delta kemungkinan akan menjadi strain dominan di AS dan dapat meningkatkan epidemi baru selama musim gugur.
Sementara itu, di Inggris, kasus Covid-19 varian delta melonjak terutama di kalangan anak muda, khususnya yang tidak divaksinasi, sehingga menyebabkan peningkatan rawat inap pada kelompok tersebut.
Penyebaran varian delta juga mendorong pemerintah Inggris untuk menunda pelonggaran pembatasan Covid-19.
Diharapkan program vaksinasi Covid-19 yang sedang berlangsung dapat menghentikan penyebaran varian delta dan melindungi lebih banyak kalangan anak muda serta masyarakat secara keseluruhan.
Vaksin yang saat ini ada diharapkan masih mampu melawan varian tersebut.
Diberitakan Kompas.com, Sabtu (19/6/2021), untuk di AS sendiri, misalnya, vaksin mRNA (Pfizer-BioNTech dan Moderna) memiliki efektivitas sekitar 88 persen.
Sementaara Johnson & Johnson dan AstraZeneca disebut memiliki efektivitas 60 persen dalam melawan varian baru.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Covid-19 Varian Delta Disebut Punya Gejala Berbeda, Apa Saja?"