Pelanggan Air di Gianyar Berkurang, PDAM Kehilangan Pendapatan Sekitar Rp 1 Miliar per Bulan
Ubud adalah salah satu zona pelanggan yang menyebabkan pendapatan Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar berkurang.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: I Putu Darmendra
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - PDAM Gianyar yang kini bernama Perusda Air Minum Tirta Sanjiwani kehilangan pendapatan Rp 1 miliar per bulan akibat krisis pandemi.
Banyak yang berhenti berlangganan karena tidak mampu membayar. Ada juga pelanggan yang menekan biaya dengan mengubah golongan dari niaga ke golongan rumah tangga.
Penurunan pelanggan tercatat 436 per bulan April 2021 dan 547 per Mei 2021. Di mana total tersebut, saat ini sambungannya telah dicabut atas keinginan pelanggan dengan alasan tidak kuat membayar.
Dirut PDAM Gianyar, Made Sastra Kencana mengatakan setelah memasuki krisis ekonomi, pelanggannya mengalami pengurangan.
"Pelanggan kami berkurang. Banyak yang berhenti karena tidak mampu bayar, ada yang beralih ke saluran alternatif ke sumur," ujarnya, Kamis 24 Juni 2021.
Dengan demikian, pendapatan Tirta Sanjiwani turun rata-rata Rp 1 miliar per bulan. Padahal pihaknya memroyeksi atau merancang pendapatan tahun ini sebesar Rp 7,3 miliar per bulan.
"Tahun 2020 pendapatan masih stabil. Begitu memasuki 2021, pendapatan kami berkurang rata-rata Rp 1 miliar per bulan," ujarnya.
Salah satu zona yang menyebabkan pendapatan Perumda Tirta Sanjiwani berkurang adalah Ubud.
"Pendapatan di Ubud, dari Rp 1,5 miliar per bulan, menjadi sekitar Rp 1 miliar. Itu karena mereka banyak yang turun golongan, dari niaga ke rumah tangga," ujar Sastra.
Sastra menegaskan, meski pendapatan turun Rp 1 miliar per bulan, namun pihaknya tetap berupaya memenuhi pelayanan. Akan tetapi, ia berharap kondisi ini tidak terjadi hingga Desember 2021.
Sebab jika kondisi ini terjadi sampai Desember, kontribusi ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Gianyar terancam tak ada lagi.
"Sampai per Juni 2021, neraca kami menampilkan laba kotor Rp 1,19 miliar. Jadi masih bisa bergeraklah. Masih bisa memberikan pendapatan. Tapi tetap saja, sejak pandemi ini kontribusi kita ke PAD turun.
Waktu belum pandemi kami dapatkan laba Rp 7 miliar dan kita waktu itu bisa menyetor ke PAD sebesar Rp 4,2 miliar. Tahun 2020, laba kita turun drastis Rp 1,5 miliar, sehingga kita hanya bisa nyetor sekitar Rp 825 juta," ujarnya.
Sastra mengatakan, upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan keuangan mulai dari efisiensi. Namun untuk efisiensi ini, pihaknya masih bisa mempertahankan para pegawai, tidak melakukan pemotongan gaji pegawai dan hak-hak pegawai semuanya masih bisa dipenuhi.
"Di luar pelayanan dan hak pegawai, yang bisa kami kurangi, kami kurangi. Saat ini kami gencar menagih utang ke pelanggan, dengan bekerjasama dengan Kejaksaan Negeri Gianyar.
Untuk tahun ini, penagihan oleh kejaksaan belum. Kami masih lakukan pendekatan persuasif. Tunggakan di masyarakat besar, awalnya Rp 2,8 miliar. Setelah dilakukan pendekatan persuasif, sekarang tinggal Rp 2,5 miliar," ungkapnya.