Serba Serbi

Pentingnya Pemahaman Tentang Hindu Sejak Dini

Sangat penting memberikan pemahaman sejak dini. Hal ini diungkapkan, Dewa Ketut Suratnaya, Wakil Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat, Sabtu 27 Juni 2021.

Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Dewa Ketut Suratnaya - Pentingnya Pemahaman Tentang Hindu Sejak Dini 

Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pembahasan agama, seharusnya memang diberikan sejak sedini mungkin.

Sehingga anak-anak paham, tentang ajaran agama sejak kecil.

Tak terkecuali di dalam agama Hindu.

Sangat penting memberikan pemahaman sejak dini.

Baca juga: Memahami Panca Yadnya dan Tri Rna dalam Ajaran Agama Hindu

Hal ini diungkapkan, Dewa Ketut Suratnaya, Wakil Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat, Sabtu 27 Juni 2021.

Hal itu disampaikannya dalam Dharma Tula dalam jaringan via aplikasi zoom.

Dengan tema 'Fenomena Pindah Agama dan Konsekuensi Dalam Hindu'.

Diskusi pun berlangsung hangat, setelah dibuka mulai pukul 16.00 WITA.

Diikuti umat Hindu di kota Kupang, WHDI PHDI, kemudian guru agama, penyuluh non PNS, dan ikatan cendikiawan Hindu Indonesia cabang NTT serta peserta lainnya.

Dewa Ketut Suratnaya mengharapkan, adanya pendidikan dan pemahaman agama sejak dini.

Mulai dari sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.

Sehingga generasi muda tahu dan mampu mengamalkan agama Hindu dengan baik dan benar.

Tidak hanya sekedar demi menjalankan kewajibannya saja.

"Fenomena pindah agama atau seseorang meninggalkan ajaran Hindu, seperti kasus Ibu Desak kemarin, sangat disayangkan karena ia mengungkapkan apa yang tidak diketahuinya dengan baik," ujarnya.

Fenomena pindah agama, terutama di kalangan anak muda menjadi pekerjaan berat bagi semua insan di Bali.

"Termasuk menjadi PR bagi pemangku kebijakan, karena bagaimanapun juga kita harus menjamin bahwa ajaran Dharma Hindu merupakan ajaran suci Weda yang tujuannya adalah mencapai kebahagiaan sejati dan tujuan hidup tertinggi (moksa)," tegasnya.

Banyaknya yang tidak paham, dengan ajaran agama Hindu.

Sehingga membuat mereka kadang bingung dan merasa agama ini berat untuk dijalankan.

Padahal hal terkecil dalam agama Hindu semuanya memiliki makna.

Untuk itu, kata dia, literasi keagamaan sangat penting sejak dini.

Dan tentu saja penyampaiannya tidak serta merta sama.

Sesuai dengan usia, ada metode tersendiri yang harus dipahami.

Kemudian pemahaman agama juga jangan dianggap tabu, khususnya di kalangan terdekat anak-anak yaitu keluarganya sendiri.

Baca juga: Mutih, Berikut Makna Puasa dalam Agama Hindu

Orangtua harus memberikan pemahaman agama sejak dini.

Harus belajar dan memiliki pengetahuan agama, sehingga ketika ditanya anaknya tidak menjawabnya dengan jawaban klasik seperti 'mule keto'.

Pola ini yang harus diubah, dan harus dibuatkan formulasinya.

Sebab ajaran agama mengajarkan banyak hal.

Termasuk etika dan sopan santun, serta mencintai sesama makhluk hidup.

Seperti yang dijelaskan di dalam konsep Tri Hita Karana.

"Orangtua jangan begitu saja melepaskan anaknya di pasraman, harus tetap didampingi di rumah dengan penjelasan agama yang masuk akal dan konkret bisa diterima logika," sebutnya.

Semisal, tujuan dari banten saiban, canang, dan segehan itu apa.

Orangtua dan keluarga harus bisa menjelaskan hal tersebut.

Sehingga dengan pemahaman itu, keturunannya akan paham dan tidak menyepelekan hal itu.

"Satu hal yang bisa dilakukan, berikan tanggung jawab untuk mebanten kepada anak saat dia sudah beranjak besar. Sembari menjelaskan fungsinya apa," katanya.

Ia mencontohkan, bahwa agama Hindu adalah agama Dharma yang menyempurnakan.

Seperti misalnya pada banten caru pembersihan pekarangan.

Ada caru yang menggunakan sarana upakara dengan membunuh hewan atau binatang.

Seperti ayam, bebek, babi, sapi, hingga anjing.

Untuk menghilangkan sifat binatangnya, maka upakara dengan binatang ini diprayascita terlebih dahulu.

"Kemudian energi Siwa bekerja sendiri mengubahnya menjadi ekto plasma. Media dewata yang mampu menyerap energi dari segala penjuru mata angin," katanya.

Sesuai dengan arah yang diberikan banten.

"Kemudian secara metafisika, bulu hewan ini berubah menjadi hewan kecil yang membersihkan pekarangan itu," jelasnya.

Kemudian sesuai ajaran Hindu, agar dari membunuh (Himsa Karma) berubah menjadi (Ahimsa Karma).

Baca juga: Ini Makna Guru Dalam Ajaran Agama Hindu di Bali

Maka di dalam banten caru itu pasti ada daksina.

Tujuannya adalah agar roh binatang yang dibunuh bisa disucikan.

Sebagai pengorbanan suci atau yadnya.

Sehingga nantinya binatang itu lahir kembali menjadi mahluk yang lebih baik, semisal menjadi manusia. (*).

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved