Wawancara Tokoh

Calon Rektor Unud Prof. ING Antara: Universitas Udayana Perlu Miliki Asrama Tampung Ribuan Mahasiswa

dalam penyaringan pada 26 April lalu oleh Senat Universitas Unud, nama Prof. Dr Ir.  Nyoman Gde Antara, M.Eng mendapatkan suara terbanyak

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Prof. Dr Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng 

Pada pemilihan Rektor Unud 6 Juli nanti, untuk jadi rektor, para calon rektor melalui pemilihan oleh dua pihak. Yakni pihak Senat Universitas Udayana yang berjumlah 79 orang, dan pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang bisa langsung pak menteri sendiri yang datang atau diwakili dirjen pendidikan tinggi. Suara Senat Universitas Udayana dibobot 65 persen, sedangkan suara pemerintah 35 persen. Pada penyaringan bakal calon rektor pada 26 April lalu oleh Senat Universitas yang dihadiri sebanyak 79 orang, saya mendapatkan 59 suara. 

Saat ini sebagai Wakil Rektor I Unud, Bapak tentu sudah mengenali kira-kira apa yang dibutuhkan Unud ke depan. Apa visi dan misi Bapak sebagai calon rektor?

Secara garis besar, visi dan misi kami adalah bagaimana kualitas Tridharma perguruan tinggi Unud jadi lebih baik secara kuantitas dan kualitas. Tridharma perguruan tinggi itu meliputi penelitian, pengabdian dan pendidikan.

Bidang penelitian perlu diperbanyak jumlahnya, kemudian perbanyak juga publikasi hasil penelitian di jurnal-jurnal ilmiah dan bagaimana inovasi dari hasil penelitian itu bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan dalam bidang pengabdian masyarakat, bagaimana Unud bisa lebih memenuhi kebutuhan masyarakat dan stakeholders-nya.

Baca juga: Wawancara Khusus Kepala BNN Provinsi Bali: Bikin Studio Podcast, Perangi Narkoba ala Dunia Milenial

Dalam bidang pendidikan, kita akan perbaiki dan tingkatkan mutu calon mahasiswa Unud dan alumninya dibandingkan sebelumnya.

Itu dilakukan antara lain dengan memperbaiki proses belajar-mengajar  di kampus, sehingga alumni Unud bisa menjawab kebutuhan dunia kerja melalui intelektualitas dan kompetensi yang mereka miliki. Semakin banyak para lulusan Unud diserap dengan cepat oleh dunia kerja, dan juga posisi apa yang dipegangnya bahkan berapa gajinya, itu menjadi salah-satu indikator kerja utama keberhasilan perguruan tinggi.

Karena itu, kurikulum kuliah harus update supaya tidak ada mismatch antara dunia kampus dan dunia nyata, khususnya dunia kerja.

Pandangan itu kan bisa dinilai pragmatis, padahal lulusan perguruan tinggi harus pula memiliki idealisme?

Itu bukan pragmatis. Justru keharusan. Sebab, untuk pertahankan relevansi dan eksistensinya di tengah masyarakat yang terus berkembang dan berubah, ya Unud harus beradaptasi terus. Tidak bisa cara dan pola pikir lama terus dipakai. Jadi bagaimana teori yang diajarkan di kampus memiliki manfaat dan relevan dalam dunia di luar kampus.

Malahan, sekarang konsep yang dicanangkan oleh presiden untuk perguruan tinggi sepertinya revolusioner, yakni kampus merdeka belajar. Jadi, mahasiswa ditekankan untuk tahu sejak awal bahwa mereka kuliah itu akan jadi apa kelak atau akan kemana setelah lulus. Dengan demikian, sejak awal mahasiswa sudah fokus dengan apa pilihan kompetensi dan bidang yang harus digelutinya.  

Dengan konsep ini, mahasiswa tidak lagi bingung mau kemana setelah lulus. Orientasinya jelas.

Konkretnya seperti apa?

Selain update kurikulum dan proses belajar-mengajar, yang juga tak kalah penting adalah perbaikan sarana-prasarana kampus. Kampus Unud di Bukit (Jimbaran) kan masih cukup jauh dari standar kampus yang ideal kalau kita bandingkan dengan kampus-kampus yang sudah maju di luar sana. Karena itu, kita akan bangun infrastruktur dengan konsep ekosistem pendidikan kampus yang terintegrasi. Namanya ekosistem, maka nanti ada satu kesatuan. Jadi, gedung kuliah nanti akan dibuat standar.

Unud memiliki 13 fakultas dan 117 program studi (prodi), namun kondisi dan fasilitas gedung kuliahnya berbeda-beda, tergantung seberapa baik income fakultasnya. Karena itu ada gedung kuliah yang lumayan bagus dan ber-AC, tapi juga ada yang cuma pakai kipas angin. Kami ingin semua nanti standar pakai AC. Dengan begitu, kenyamanan kuliah juga standar. Kami nanti akan bikin gedung kuliah bersama dengan fasilitas yang memadai, yang semua mahasiswa dari fakultas apapun bisa kuliah dan nikmati fasilitas yang sama di gedung bersama itu. Penting diketahui bahwa fasilitas perkuliahan yang standar itu juga menentukan akreditasi.        

Bagaimana dengan kebutuhan anggaran untuk membangun fasilitas itu?

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved