Serba Serbi
Makna Turus Lumbung Menurut Kepercayaan Hindu Bali
Kemudian dibuatkan ruangan dengan balai-balai dari bambu untuk meletakkan tempat sajian atau sesajen.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Sehingga selain memuja roh leluhur yang telah suci, palinggih rong tiga juga untuk memuja Tri Murti. Sanggah kamulan atau rong tiga biasanya dipuja oleh suatu kelompok keluarga.
Kemudian apabila keluarga menjadi lebih besar, maka bangunan palinggih pun akan dilengkapi di sanggah atau pamerajannya.
Masing-masing palinggih, akan disejajarkan sesuai dengan tempatnya sesuai asta kosala-kosali sebuah sanggah atau merajan.
Setelah itu, palinggih akan diletakkan sesuai tempat dan fungsinya, bersamaan dengan bangunan palinggih sanggah kamulan.
Setelah itu barulah disebut sanggah pamerajan.
Bangunan-bangunan ini sangat bervariasi, tetapi pada umumnya terdiri dari bangunan menjangan seluang, bangunan gedong, sanggar agung, dan bangunan kerucut, saka ulu gempel dan taksu.
Biasanya untuk tempat pertemuan ida bhatara-bhatari, pada setiap upacara di masing-masing sanggah pamerajan.
Maka keluarga tersebut akan membangun balai piyasan, atau balai bhatara-bhatari berhias.
Walapun telah mendirikan sanggah kamulan, keluarga ini biasanya tetap memuja dewa-dewi dari tempat suci asalnya.
Sebagai perwujudan hormat pada setiap manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Baca juga: Hubungan Suami Istri Dalam Usada Hindu di Bali
Pemujaan biasanya dilakukan pada setiap datangnya upacara dalam sanggah atau merajan tersebut.
Untuk itulah, terkadang palinggih di sebuah pamerajan bisa berjumlah cukup banyak. Dan muncul palinggih baru seperti tumpang salu, sakapat, tugu, meru, bebaturan, gedong sari, dan lainnya. Selain pura keluarga seperti sanggah atau merajan.
Di sebuah desa, juga ada pura kahyangan tiga. Terdiri dari pura puseh, pura dalem, dan pura desa atau balai agung.
Tujuan awalnya, pura ini untuk menyatukan berbagai klan dari warga di sebuah desa.
Hal ini tentu tidak lepas dari kedatangan para empu atau para wiku besar nusantara ke Pulau Dewata. Diantaranya kedatangan Empu Kuturan, Rsi Markandeya, Dang Hyang Nirartha, dan lain sebagainya.