Serba Serbi
Hubungan Suami Istri Dalam Usada Hindu di Bali
Hubungan suami istri memang ada dan dibahas dalam Usada Hindu di Bali. Adapun yang diatur adalah hari baik bersenggama
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hubungan suami istri memang ada dan dibahas dalam Usada Hindu di Bali.
Adapun yang diatur adalah hari baik bersenggama, hari yang dihindari, dan bagaimana proses bersenggama sebagai orang yang teguh dalam jalan Dharma.
"Ada dua susastra yang membahas tentang ini, yaitu lontar Smakridalaksana dan lontar Rsi Sambina. Kedua lontar ini membahas tuntas tentang sanggama, sebagai bentuk yoga untuk melahirkan anak yang suputra," jelas Pendiri Pasraman Ukir, I Kadek Satria, kepada Tribun Bali, Selasa 22 Juni 2021.
Dalam teks Rsi Sambina, disampaikan bahwa sanggama yoga dimulai dengan pemanasan ringan dan pemanasan utama.
Baca juga: Penyuluh Bahasa Bali di Karangasem Konservasi Lontar yang Berusia Ratusan Tahun
Pemanasan ringan dilakukan dengan sentuhan, rabaan, suara lembut yang sama-sama dilakukan oleh pria maupun wanita.
Pemanasan utama dilakukan dengan berciuman pada daerah-daerah sensitif, satu sama lainnya sampai pada kondisi memuncak atau kenikmatan memuncak barulah dilakukan sanggama, dengan memasukan penis pada liang vagina dengan gerakan tertentu dan mantra tertentu.
Puncak sanggama terjadi jika istri merasakan getaran hebat, mendesis, tersedu, mengaduh kenikmatan, bahkan sampai menggigit dan suami mengeluarkan sperma segar.
Kemudian penjelasan dari lontar Smarakridalaksana, pada lontar ini disampaikan bahwa yoga sanggama dilakukan dengan konsentrasi pada tulang ekor.
Sebab disanalah api asmara membara, lalu dilakukan penetrasi sampai mencapai kenikmatan.
"Nah di situ Dewa Kama berada atau semua rasa ditemukan sehingga mencapai kenikmatan," jelasnya.
Adapun tahapan sanggama yoga menurut lontar ini, pertama pandangan tertuju pada kain penutup tubuh perempuan utamanya pada payudara.
Dan diantara payudara, pandangan menuju pada pusar, lalu pandangan pada dahi, ciuman mesra, memangku istri, mencium lehernya, tengkuk dan bagian erotis lainnya.
Setelah itu rebahan lalu sentuhan pada bagian erotis, hisapan, jilatan pada tubuh istri, barulah sanggama dilakukan.
Selain tata cara bersenggama, ada pula penjelasan hari baik dan yang tidak baik untuk melakukan hubungan senggama.
Baca juga: Usada hingga Lontar Penerang Cegah Hujan Turun, Ini Isi Ruang Lontar Dinas Kebudayaan Bali