Kapal Tenggelam di Gilimanuk
UPDATE: Satu Korban KMP Yunicee Ditemukan di Perairan Teluk Sembulungan Banyuwangi
Satu korban KMP Yunicee ditemukan di perairan Teluk Sembulungan, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu 4 Juli 2021 dini hari
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Satu korban KMP Yunicee ditemukan di perairan Teluk Sembulungan, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu 4 Juli 2021 dini hari tadi.
Informasi yang dihimpun dari Posko SAR Gabungan Pelabuhan Gilimanuk, diketahui seorang korban yakni Juliadi, 30 tahun, asal Tasikmalaya, Jawa Barat.
Juliadi ditemukan oleh nelayan di perairan Banyuwangi, sesaat nelayan akan menebar jaring kemudian melihat mayat dan melaporkan ke petugas jaga Pelabuhan Ketapang.
Dan selanjutnya dilakukan evakuasi terhadap korban.
Baca juga: Satu Jenazah Lagi Ditemukan, Tim SAR Gabungan Terus Cari Korban KMP Yunicee di Jembrana Bali
Korban diketahui dalam kondisi meninggal dunia.
Beruntungnya, korban cepat teridentifikasi berkat identitas dalam dompet yang masih berada di saku celananya.
Sedangkan untuk penumpang Yunicee ternyata 77 orang, bukan 76 orang seperti sebelumnya dipaparkan oleh Tim SAR Gabungan.
Satu penumpang lagi yang dinyatakan hilang ialah seorang pemijat di kapal, yakni Adi Supanto, 43 tahun, warga Desa Bulusan, Kalipuro, Banyuwangi.
Hingga saat ini, maka dengan adanya laporan korban sebanyak 19 orang hilang, sebelumnya hanya 18 orang.
Maka pencarian masih menyisakan 17 orang korban hilang.
Setelah sehari sebelumnya tim SAR berhasil mengevakuasi satu korban di perairan Cekik, Jembrana, Bali.
Satu korban yang sebelumnya ditemukan ialah Miftahol Aripin, laki-laki 44 tahun, merupakan warga Jalan Jati Emas, Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
KNKT Belum Bisa Memastikan Penyebab Tenggelamnya KMP Yunicee di Selat Bali
KETUA Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT, Soerjanto Tjahjono menyatakan, semua pihak dari semua unsur terus mencari dan mengevakuasi korban barang.
Saat ini pihaknya belum bisa memastikan apa penyebab tenggelamnya KMP Yunicee.
Hal itu perlu pemeriksaan, kajian dan penyelidikan mendalam yang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.
“Mengapa kapal tenggelam belum bisa kami simpulkan, karena kami masih melakukan penyelidikan ke nakhoda dan ABK, kemudian ke regulator dan mengumpulkan data. Sehingga kami belum bisa menyebut,” ucapnya, Sabtu 3 Juli 2021.
Baca juga: Satu Jenazah Korban KMP Yunicee Teridentifikasi, Tim SAR Terus Lakukan Pencarian Korban Lain
Menurut dia, setelah dikumpulkan wawancara dengan regulator dan semua pihak dan unsur lainnya, serta pengumpulan barang bukti, maka akan dibawa ke Jakarta dan dianalisa.
Setidaknya perlu waktu tiga bulan pihaknya mengeluarkan laporan.
Selain itu, harus melihat history dan docking sebelumnya.
Di mana docking-nya dan apa yang dilakukan saat docking.
“Nantinya, akan dikaji dan analisa apakah dalam docking ada hubungan dengan tenggelamnya kapal,” ungkapnya.
Soerjanto mengaku, untuk saat ini pihaknya masih mengkoordinasikan apakah pencarian akan ditutup dalam waktu tujuh hari ini.
Dan itu harus melalui persetujuan keluarga.
Sebab, ROV yang fungsinya untuk mengetahui apakah masih ada korban atau tidak di dalam kapal hingga saat ini belum dapat diterjunkan.
Alasannya masih dengan arus kencang di perairana bawah laut Selat Bali.
“ROV rencananya memang diturunkan, untuk memastikan apakah masih ada korban di kapal itu. Tapi tidak memungkinkan karena arus kencang,” ungkapnya.
Pihaknya dalam rapat juga membahasa menyangkut, asuransi jiwa oleh jasa raharja.
Dari jasa raharja akan ada penggantian untuk korban luka Rp 20 juta.
Untuk yang meninggal maka akan diberikan kepada ahli waris.
Baca juga: Jenazah Korban KMP Yunicee yang Ditemukan Merupakan Warga Sumenep Madura
Sedangkan untuk pengangkatan bangkai kapal, sesuai ketentuan PM 71 kalau kedalaman kurang dari 100 meter tidak menganggu alur pelayaran, maka akan dilakukan pengangkatan dalam waktu enam bulan.
Kalau menganggu alur pelayaran harus segera diangkat selama waktu satu bulan.
“Hanya saja kebijakan untuk menentukan diangkat atau tidaknya adalah dari Dirjen Laut. KRI Rigel sendiri sudah mendeteksi sebuah benda di kedalaman 70 meteran dengan MBS,” bebernya.
Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi Drs Dwi Yanto turut dalam operasi SAR KRI Rigel -933 di perairan Gilimanuk, menyampaikan berkaca dari kejadian ini, pihaknya bakal melakukan perbaikan secara sistemik pada kapal-kapal yang beroperasi di pelabuhan Ketapang-Gilimanuk.
Kadishub Banyuwangi melaksanakan evaluasi bersama Komandan Pangkalan TNI AL Denpasar Kolonel Laut (P) I Komang Teguh Ardana ST MAP, Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi Letkol Laut (P) Eros Wasis MTrHan CTMP, serta Komandan KRI Rigel-933 Letkol Laut (P) Jaenal Mutakim ST MTr Hanla.
"Dengan kejadian ini kita selaku Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuwangi akan melaksanakan perbaikan secara sistemik pada standarisasi pelayanan minimal, pengecekan bagaimana kondisi usia kapal dan proses perawatan kapal selama dipakai," ujarnya.
Dengan demikian, pihaknya berharap kedepan dapat mengurangi hal-hal atau peristiwa yang tidak diinginkan serta menunjang keamanan penyeberangan terhadap para penumpang kapal.
"Dinas Perbuhubungan segera menindaklanjuti hal ini dengan melaksanakan evaluasi dan regulasi yang dapat memberikan jaminan keselamatan bagi para ABK maupun khususnya para penumpang," sebutnya. (ang/ian)
Kumpulan Artikel Kapal Tenggelam di Gilimanuk