Serba Serbi
Sarana Upakara dan Harapan Umat Hindu Agar Mencapai Moksa
Dalam masyarakat Hindu di Bali, dan harapan untuk menuju konsep moksa. Tentunya memerlukan sarana dan prasarana berupa upacara.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Lalu banten pejati asoroh, banten ayaban tumpeng solas asoroh, banten sasayut guru, banten sasayut pemahayu sot, banten panglebar asoroh dan banten arepan sang pamuput.
Untuk tatanan atau dudonan acaranya, adalah setelah datang dari ngulapin atau ngedetin (nyegara gunung).
Lalu Dewa Pitara atau Ida Bhatara-Bhatari dituntun ke merajan.
"Sebelum ditempatkan di rong tiga, acara tirta pangreresikan dijalankan lebih dahulu," sebut ida.
Hal itu telah disiapkan jero pemangku atau pinandita.
Diantaranya adalah byakwon, durmanggala, prayascita, pengulapan, dan lis amu-amu.
Kemudian ngayaban caru petapakan dan gelar sanga.
"Dewa Pitara ditempatkan di rong tiga, tetapi sebelum ditempatkan di rong tiga. Dewa Pitara atau Ida Bhatara-Bhatari diharapkan dapat napak atau menginjak caru,"sebut sulinggih dari Sesetan ini.
Kemudian daksina yang laki-laki (lanang), ditempatkan di rong tiga yang berada di luwanan atau kaja dari palinggih rong yang di luwanan.
Daksina yang istri ditempatkan di tebenan atau kelod, dari rong tiga atau tebenan dari palinggih.
Lalu ditempatkan di hadapan Dewa Pitara atau Ida Bhatara-Bhatari, dengan rayunan putih kuning, pejati, suci dan lain sebagainya.
"Sesudah Dewa Pitara malinggih dan siap dengan rayunan seperti disebut di atas, maka jero mangku ngayabang banten tumpeng pitu, diikuti atau dibantu oleh sang yajamana," jelas ida.
Kemudian dilanjutkan dengan muspa atau sembahyang.
Setelah itu, menghaturkan pedatengan dan sasayut panglebar.
Dilanjutkan acara nilapati dengan cara mrelina daksina.
Baca juga: Kisah Ramayana Menurut Kepercayaan Hindu, Bagian dari Memperdalam Ajaran Weda