Berita Denpasar
Tutup 10 Hari, Pedagang Pakaian di Pasar Badung Kembali Buka: Barang Dagangan Saya Dicari Tikus
Tutup 10 Hari, Pedagang Pakaian di Pasar Badung Kembali Buka: Barang Dagangan Saya Dicari Tikus
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Selama 10 hari terakhir, para pedagang pasar yang masuk sektor non esensial tak diizinkan berjualan terkait penerapan PPKM darurat.
Perhari ini, Kamis 11 Juli 2021 mereka sudah kembali diizinkan untuk berjualan.
Di Pasar Badung Denpasar, pedagang non esensial di lantai III dan IV mulai menata barang dagangan mereka.
Ada yang membersihkan debu, menggelar barang dagangan, dan ada juga yang merapikan lipatan pakaian yang dijualnya.
Ada yang unik di hari pertama pedagang ini mulai berjualan khususnya bagi penjual pakaian.
Beberapa pedagang mengeluh karena barang mereka menjadi sarang tikus.
Hal tersebut dialami oleh penjual pakaian adat Bali, Dewitra yang berjualan di lantai IV.
“Barang dagangan saya dicari tikus, banyak tikus di sini untung tak ada yang dilubangi, cuma isi kotoran saja,” katanya sembari merapikan baju yang dijualnya karena dijadikan sarang oleh tikus.
Meski begitu, ia merasa sedikit lega karena per hari ini sudah diizinkan untuk berjualan kembali.
Dengan begitu, kata dia, setidaknya ia bisa berjualan Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Sementara, karena tutup selama 10 hari, dirinya mengaku kehilangan penghasilan hingga Rp 1 juta lebih.
“Untuk bayar hutang bulan ini pun saya pending dulu, karena penghasilan berkurang,” katanya.
Pedagang lain, Ratna juga mengaku pakaian yang dijualnya dijadikan sarang tikus.
Karena ia memenukan banyak kotoran tikus yang ada di atas pakainnya.
“Ada tikus banyak, barang dagangan saya diberantakin,” katanya.

Sementara pedagang pakaian adat Bali lainnya, Jero Suli mengatakan, selama tak diizinkan berjualan, dirinya mengandalkan penjualan secara online.
Dengan sistem online itu, dalam sehari ia bisa menjual satu atau dua potong pakaian.
“Tapi kalau bisa buka kan lebih banyak dapat jualan. Di rumah juga bosan,” kata pedagang asal Pemecutan ini.
Ia pun sangat antusias ketika pagi tadi dirinya menerima telepon dari pihak pasar yang mengabarkan bahwa lapaknya di Pasar Badung sudah diizinkan untuk buka kembali.
“Lama tutup, 10 harian. Mudah-mudahan bisa ramai setelah buka kembali,” kata Jero Suli sambil menggantung kebaya.
Hari Ini Bebas Biaya Operasional, Besok Bayar
Direktur Utama Perumda Pasar Kota Denpasar, IB Kompyang Wiranata mengatakan pedagang sektor non esensial di 16 pasar yang berada di bawah pengelolaan Perumda mulai diizinkan buka hari ini.
“Kami izinkan buka, dengan jam tutup untuk semua pasar maksimal pukul 21.00 Wita,” katanya.
Sementara untuk sektor kuliner, pembelian bisa dilakukan dengan sistem take away dan tetap dilarang menerima makan di tempat (dine in).
Untuk hari pertama ini, pihaknya juga membebaskan biaya operasional kepada pedagang sektor non esensial.
“Mulai hari ini masih kami bebaskan untuk biaya operasionalnya, karena pertama buka belum maksimal, masih butuh penyesuaian. Mulai besok baru kami akan menarik biaya operasional,” katanya.
Selama penutupan pedagang sektor non esensial ini, Perumda juga mengalami penurunan pendapatan hingga Rp 300 juta.
“Karena kami membebaskan biaya operasional bagi pedagang non esensial, kami mengalami kerugian mencapai Rp 300 juta,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, akibat adanya kebijakan penutupan sektor non esensial 100 persen terkait dengan pelaksanaan PPKM darurat, ribuan pedagang pasar di Denpasar dipaksa untuk tutup.
Dari data yang disampaikan Perumda Pasar Sewakadharma Kota Denpasar, sebanyak 1.684 pedagang di 16 pasar harus terpaksa harus tutup.
Pedagang yang tutup paling banyak terjadi di pasar Asoka, Kreneng.
Adapun pedagang kios dan los yang masuk sektor non esensial yang ditutup yakni untuk Pasar Lokitasari sebanyak 72 pedagang.
Pasar Asoka, Kreneng sebanyak 526 pedagang, Pasar Kumbasari sebanyak 467 untuk pedagang di lantai II, III, dan IV.
Sementara untuk di Pasar Badung sebanyak 280 pedagang yang berjualan di lantai III dan IV.
Untuk Pasar Sanglah sebanyak 97 pedagang, Pasar Kreneng sebanyak 166 pedagang, dan sisanya 10 pasar lagi yang ditutup sebanyak 76 pedagang.
Semua pedagang yang ditutup akan diberikan keringanan berupa pembebasan biaya BOP. (*)