Berita Denpasar
Berjualan Rujak Tumbuk di Pinggir Jembatan di Denpasar, Toni Raup Omzet Rp 18 Juta per Bulan
Minggu 8 Agustus 2021 siang, Toni Iskandar sudah berada di pinggir jembatan Pekambingan, Jalan Pulau Buru, Kelurahan Dauh Puri, Denpasar, Bali.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
“Kalau saya kangen kuliner Bandung utamanya rujak, saya pasti ke sini. Karena sudah puluhan tahun saya merantau ke Bali, pasti sesekali rindu dengan rujak ini,” kata Edy.
Toni Iskandar menggunakan aneka bumbu mulai dari cabai, gula, garam, terasi, ubi jalar dan pisang krutuk.
Sementara buah terdiri dari mangga, nanas, dan bengkuang.
“Ini memang resepnya asli dari Bandung dan khas. Dengan ditumbuk, semua bumbunya akan meresap ke dalam buah. Itu keunggulan rujak ini,” tutur lelaki asal Bandung yang sudah fasih berbahasa Bali tersebut.
Proses pembuatan rujak ini, pertama semua bumbu dimasukkan ke dalam lesung kecil.
Bumbu ditumbuk hingga halus.
Setelah itu, ia mengiris buah-buahan dan memasukkannya ke dalam lesung.
Buah itu kemudian ditumbuk, namun tidak sehalus bumbu sehingga saat digigit potongan-potongan buah masih terasa.
Membuat satu porsi rujak membutuhkan waktu kurang lebih 10 hingga 15 menit.
Toni menjual satu porsi rujak seharaga Rp 7 ribu.
Tanpa perlu membuat lapak dan hanya berjualan di atas jembatan, dalam sehari Toni bisa menjual hingga 90 porsi rujak.
Baca juga: Tarik Minat Konsumen, Warung Rujak Bali D’Tepi Sawah Hidangkan Makanan Tradisional Bernuansa Modern
Dengan harga Rp 7 ribu per porsi, dalam sehari rata-rata ia bisa meraup omzet hingga Rp 600 ribu lebih.
Dalam sebulan ia bisa meraup omzet hingga Rp 18 juta.
Pandemi Covid-19, kata Toni Iskandar, tak berdampak signifikan terhadap penjualan rujaknya.
“Penurunan ada, tapi tidak terlalu karena banyak langganan yang membeli rujak di sini,” katanya.
(i putu supartika)
Kumpulan Artikel Denpasar