KISAH Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Usir Soviet hingga Negosiator Ulung
Baradar sebenarnya bukan pemimpin tertinggi Taliban. Pemimpin tertinggi adalah Haibatullah Akhundzada.
Perjanjian Doha
Pada 2010, CIA melacak Baradar hingga ke kota Karachi di Pakistan dan pada Februari tahun itu, dinas intelijen Pakistan (ISI) menangkapnya.
Namun pada 2018, dia dibebaskan atas permintaan pemerintahan Trump sebagai bagian dari negosiasi AS yang sedang berlangsung dengan Taliban di Qatar, dengan pemahaman bahwa dia dapat membantu menengahi perdamaian.
Pada Februari 2020, Baradar menandatangani Perjanjian Doha, di mana AS berjanji untuk meninggalkan Afghanistan dan Taliban akan masuk ke dalam pengaturan pembagian kekuasaan dengan pemerintah Presiden Ashraf Ghani di Kabul.
Baca juga: Ashraf Ghani Muncul Lewat Video, Bantah Kabur dari Afghanistan Tapi Diusir tanpa Sempat Ganti Sepatu
Kemudian pada September 2020, ia berfoto bersama dengan Mike Pompeo menteri luar negeri AS era Trump, yang "mendesak Taliban untuk mengambil kesempatan ini untuk menjalin penyelesaian politik dan mencapai gencatan senjata yang komprehensif dan permanen".
Disebutkan pertemuan itu memiliki tujuan untuk mengakhiri perang 40 tahun dan memastikan bahwa Afghanistan bukan ancaman bagi Amerika Serikat atau sekutunya.
Perjanjian Doha digembar-gemborkan sebagai deklarasi perdamaian yang penting, tetapi tidak berjalan dan Taliban tetap melakukan penyerangan. Mengutip Daily Mail, itu hanyalah trik Taliban mengalahkan AS.
Para milisi Taliban menunggu sampai ribuan tentara Amerika pergi, sebelum melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut kembali Afghanistan, mematahkan kerja sama selama 2 dekade oleh koalisi pimpinan AS.
Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul https://www.kompas.com/global/read/2021/08/18/091416470/sepak-terjang-peimimpin-taliban-mullah-abdul-ghani-baradar-veteran-perang?page=all#page2
