KISAH Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Usir Soviet hingga Negosiator Ulung

Baradar sebenarnya bukan pemimpin tertinggi Taliban. Pemimpin tertinggi adalah Haibatullah Akhundzada.

Editor: Bambang Wiyono
AFP PHOTO/KARIM JAAFAR
Pemimpin tim perunding Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar melihat deklarasi akhir pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban yang disampaikan di ibu kota Qatar, Doha, pada 18 Juli 2021. 

TRIBUN-BALI.COM - Beberapa hari ini nama Mullah Abdul Ghani Baradar, salah satu pendiri Taliban yang dibebaskkan dari penjara di Pakistan 3 tahun lalu atas permintaan pemerintah AS menjadi sorotan dunia.

Mullah Abdul Ghani Baradar menjadi satu di antara tokoh Taliban yang sangat berperan dalam perebutan kakuasaan di Afghanistan.

Sembilan bulan lalu, Baradar berfoto dengan mantan menteri luar negeri Donald Trump, Mike Pompeo, untuk menandatangani kesepakatan damai di Doha, yang berantakan.

Pada Minggu (15/8/2021), pasukannya telah merebut Kabul dan dia sekarang menjadi kandidat kuat pemimpin Afghanistan selanjutnya.

Baca juga: PROFIL Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Pernah ke Indonesia Ditemui Jusuf Kalla

Baradar dilaporkan telah terbang dari Doha ke Kabul pada Minggu malam waktu setempat (15/8/2021), saat para militan menyerbu istana presiden Afghanistan Ashraf Ghani, seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Senin (16/8/2021).

Namun, bagaimanakah sepak terjang Baradar di Taliban sejauh ini?

Baradar sebenarnya bukan pemimpin tertinggi Taliban. Pemimpin tertinggi adalah Haibatullah Akhundzada.

Baradar merupakan kepala kantor politik Taliban dan salah satu sosok pemimpin yang wajahnya paling dikenali publik. Ia terlibat dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan yang ditengahi AS di Qatar.

Pria berusia 53 tahun itu adalah wakil pemimpin di bawah mantan kepala Mullah Mohammed Omar, yang mendukung pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, sehingga menyebabkan invasi Barat ke Afghanistan dipimpinan AS, setelah peristiwa 9/11.

Baca juga: Presiden Afghanistan Sebut Jika Tak Pergi, Taliban akan Menggantungnya di Hadapan Rakyat

Baradar memiliki pengalaman tempur yang tak main-main. Dia dengan pasukannya pernah bertempur melawan Soviet pada 1980-an dan berhasil menyingkirkan mereka pada 1989.

Pria kelahiran 1968 di provinsi Uruzgan kemudian mendirikan sekolah Islam bersama mantan komandannya di Kandahar, tempat ia dibesarkan, di tengah perang saudara berdarah antara panglima perang.

Setelah itu, kedua mullah tersebut membantu mendirikan gerakan Taliban, sebuah ideologi yang menganut ortodoksi garis keras dan berjuang untuk pembentukan Imarah Islam.

Dipicu oleh kefanatikan, kebencian terhadap panglima perang yang rakus, dan dengan dukungan keuangan dari dinas rahasia Pakistan, Taliban merebut kekuasaan pada 1996, setelah menaklukkan ibu kota provinsi sebelum masuk Kabul, seperti yang mereka lakukan dalam beberapa bulan terakhir.

Baradar memiliki sejumlah peran berbeda selama 5 tahun Taliban memerintah Afghanistan. Dia pernah menjabat sebagai wakil menteri pertahanan ketika AS menginvasi pada 2001.

Sekalipun dia tidak muncul di publik, dia tetap aktif dalam kepemimpinan Taliban di pengasingannya di Pakistan.

Baca juga: FAKTA Angka 19, Menjadi Angka Keramat dalam Sejarah Afghanistan

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved