Berita Bali

Ni Nyoman Sari 8 Tahun Tinggal di Gubuk Tanpa Penerangan di Karangasem, Tak Mau Memberatkan Anaknya

Odah Sari (70) tinggal sendiri di gubuk tua, tanpa lampu penerangan, selama bertahun-tahun

Istimewa
Odah Sari ketika ditemui di Gubuknya yang beralamat di Banjar Kangkang, Dusun Kerta Mandala, Desa Abang, Karangasem - Ni Nyoman Sari 8 Tahun Tinggal di Gubuk Tanpa Penerangan di Karangasem, Tak Mau Memberatkan Anaknya 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Hati siapa yang tidak terketuk melihat kondisi Odah Sari (70).

Wanita tua itu tinggal sendiri di gubuk tua, tanpa lampu penerangan, selama bertahun-tahun.

Sudah hampir delapan tahun Ni Nyoman Sari yang dikenal dengan nama Odah Sari tinggal dalam rumah atau mungkin lebih tepatnya disebut dengan gubuk di Banjar Kangakang, Dusun Kerta Mandala, Desa Abang, Karangasem, Bali.

Kondisi rumah tersebut sebenarnya tidak layak huni.

Baca juga: KISAH Tragis Zaki Anwari: Pemain Timnas Afghanistan yang Jatuh dari Pesawat, Taliban Kuasai Kabul

Melihat kondisi Odah yang memang sangat memerlukan bantuan, Ketua Yayasan Kesatria Keris Bali Unit Denpasar Utara, Jro Mangku Elvys langsung turun tangan membuka donasi beberapa kebutuhan pokok untuk Odah.

"Kebetulan kemarin saya mengantarkan donasi ke anak kecil yang memang rumahnya dekat dengan lokasi nenek Sari yaitu di Abang. Di sana juga ada anak kecil ditinggal ibunya umur enam bulan. Kita berikan susu dan sembako. Saat saya ke sana saya teringat ada postingan tentang Odah Sari," ceritanya, Jumat 20 Agustus 2021.

Tak perlu waktu lama, setelah mengunjungi bayi berumur enam bulan tersebut, Jero Elvys mengunjungi rumah Odah Sari dengan diantarkan oleh saudaranya.

"Kebetulan saya punya saudara yang berjualan di depan Kantor Desa Culik. Saya minta tolong untuk diantarkan ke sana. Itu mendadak saya ke sana (rumah Odah Sari). Rencananya saya akan datang ke rumah Odah Sari untuk berikan donasi lagi," tambahnya.

Sesampainya di rumah Odah Sari, Jero Elvys sangat terkejut dan miris sebab tempat tinggal Odah Sari sangat tidak layak huni. Bahkan tidak ada penerangan sama sekali.

"Bangunan yang ditempatinya itu bukan rumah, tapi gubuk. Dia sudah tinggal di sana selama delapan tahun. Tidak ada penerangan sama sekali. Tempat tidurnya juga sangat sempit. Memasak makanan juga di dalam rumah. Seandainya Odah Sari tidak hati-hati saat memasak bisa saja rumahnya terbakar dengan cepat," paparnya.

Sebenarnya, Odah Sari memiliki anak. Namun ketika ditanyai oleh Jero Elvys apa alasan Odah tinggal sendirian di gubuk tua ini, Odah mengaku tidak ingin memberatkan anaknya.

Untuk kesehariannya, karena ia tinggal di kebun, ia memanfaatkan daun kelapa yang sudah tua, lalu di diambil batangnya untuk dijadikan sapu lidi, dan dijual ke pasar.

"Sebenarnya hasil jualan sapu tidak seberapa. Dia bikin dulu sapunya lalu dikumpulkan hingga 10 sapu, kemudian dibawa ke pasar. Untuk satu sapu, Odah memberikan harga Rp 3 ribu," katanya.

Bagi pembaca yang ingin berdonasi untuk Odah Sari bisa melalui Jero Elvys dengan menghubungi nomor WA-nya 081338999684.

Dadong Sari tinggal di gubuk reot berukuran sekitar 3x2 meter.

Gubuk tersebut hanya beratap pal-palan (daun kelapa kering), serta berdinding kayu bakar.

Dalam video berdurasi 5 menit 13 detik yang viral di media sosial, kondisi gubuk yang ditempati Dadong Sari cukup memprihatinkan.

Atap terlihat berlubang alias bocor di berapa titik.

Sedangkan di bagian dindingnya terlihat sudah renggang, tidak rapat seperti gubuk lainnya.

Kepala Wilayah Kangakang, I Gede Putu Widiantara, mengakui kondisi Dadong Sari tinggal digubuk reot tanpa adanya aliran listrik.

Hanya beralas tanah serta beratapkan pal-palan.

Kondisinya memang sangat memprihatinkan. Beliau hidup hanya seorang diri dalam gubuk.

"Kondisi gubuk memang seperti itu (seperti di video yang viral). Saya sangat prihatin dengan kondisi yang bersangkutan. Tapi saya tak bisa berbuat apa-apa," kata Gede Putu Widiantara saat dihubungi Tribun Bali, Jumat.

Gede Putu Widiantara menjelaskan permasalahan yang dialami Odah Sari.

Sebelum tinggal di gubuk, Odah Sari sempat tinggal di rumah suaminya di Desa Culik, Kecamatan Abang.

Baca juga: KISAH Pulau Pitcairn Terbebas dari Covid-19 Selama Pandemi, Hanya Dihuni 47 Penduduk

Karena ada masalah keluarga, akhirnya Sari dikembalikan ke keluarganya di Banjar Kangakang oleh pihak suami.

"Odah Sari ini kawin di Culik. Dikaruniai 4 anak. Dia dikembalikan oleh suaminya lantaran ada masalah keluarga. Peristiwa ini terjadi sebelum saya menjabat sebagai Kepala Wilayah (Kawil)," katanya.

Setelah dikembalikan, Odah Sari memilih tinggal di rumah adiknya di Kangakang.

Dia disambut ramah.

Begitu juga Ni Nyoman Sari terlihat bahagia tinggal di sana.

Tetapi, beberapa bulan kemudian Ni Nyoman Sari memutuskan tinggal di kebun dengan alasan rumah adiknya sudah ramai dan penuh.

"Adiknya sempat meminta agar tetap tinggal di rumahnya di Kangakang, tetapi Sari tetap bersikukuh untuk tinggal di kebun. Saudaranya tak bisa memaksanya untuk tinggal di sana," jelas Widiantara.

Odah sari memiliki 4 anak dan meninggal 1 orang.

Anak pertama berkerja sebagai PNS, anak kedua menikah di Kelurahan Karangasem, dan anak ketiga masih muda.

"Anak yang nomor tiga sering menjenguk ibunya dan memberikan uang, makanan, minuman, dan beras. Untuk keseharian Dadong Sari tercukupi," jelas Widiantara.

Ditambahkannya, saat dikunjungi petugas dari desa, Ni Nyoman Sari sempat meminta bantuan bedah rumah.

Tapi dari desa belum bisa memastikan karena berdasarkan identitasnya, Odah Sari masih berdomisili di Desa Culik.

Karena keadaannya memprihatinkan, disarankan untuk pindah domisili.

"Karena keadaannya memprihatinkan akhirnya disarankan untuk pindah domisili ke Kangakang. Dan baru pindah kependudukan 11 Juli 2021. Dia sudah dua kali viral di media sosial," katanya seraya menyebutkan, Odah sari mendapat bantuan dari yayasan, dan sembako dari desa.

Untuk bantuan BLT, Odah Sari tidak dapat karena masuk atau menumpang KK di warga penerima bantuan BLT.

Sedangkan saat ini ada peraturan yang menyatakan, per KK hanya bisa menerima 1 bantuan, tidak boleh double.

"Otomatis dia tidak mendapatkan bantuan BLT untuk sementara," katanya.

Saat ini dari desa hanya bisa mengusahakan bantuan sembako dari pemerintah kabupaten.

Kawil mengusulkan lewat desa ke kabupaten.

Terkait bantuan bedah rumah, desa belum berani memastikan.

Mengingat untuk bantuan bedah rumah perlu mekanisme dan alur birokrasi yang harus dilewati.

(Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami/Saiful Rohim)

Kumpulan Artikel Karangasem

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved